GridHEALTH.id - Kapan pandemi Covid-19 berkahir?
Inil adalah pertanyaan dari seluruh masyarakat dunia yang sudah jengah dengan pandemi Covid-19.
Untuk menjawab ini tidak mudah. Bahkan pakar, hali, dan peneliti pun mungkin belum mempunyai jawaban yang akurat. Termasuk WHO.
Baca Juga: Nenek 102 Tahun Ini Sembuh dari Covid-19, Diapun Lolos dari Wabah Flu Spanyol 1917
Tapi untuk memperkirakan kapan pandemi Covid-19 berkahir, pakar dan ahli banyak yang menggunakan pendekatan sejarah dari pandemi yang terdahulu yang pernah melanda dunia.
Seperti kita tahu, 100 tahun silam wabah influenza jenis baru pernah melanda dunia. Lalu dalam kurun waktu tiga tahun wabah tersebut lenyap.
Lenyap di sini bukan berati virunya hilang dan musnah, tapi wabah-nya sudah tidak ada.
Nah, untuk bisa memahami hal tersebut menurut Dr. Kirsty Short, seorang pakar virus dari University Queensland di Brisbane, kita harus tahu apa dan bagaimana virus bisa menjadi sebuah pandemi atau wabah.
1. Virus itu harus menyebabkan penyakit pada manusia.
2. Virus itu mudah menyebar dengan cepat.
3. Manusia tidak memiliki kekebalan sebelumnya terhadap virus tersebut.
Contoh sederhananya, saat ini sebenarnya manusia sedang hidup bersa,a dengan penyakit MERS.
MERS adalah sindrom pernapasan Timur Tengah, sejenis virus corona yang masih memiliki hubungan dengan virus penyebab Covid-19.
Tapi MERS tidak menyebabkan pandemi, seperti halnya Covid-19.
Sebab MERS tidak menyebar dengan cepat antar manusia.
Contoh lainnya, virus corona musiman yang sebenarnya sudah ada sebelum Covid-19 merajelela dan menjadi pandemi.
Tapi virus tersebut dianggap sebagai flu biasa, sehingga banyak orang yang mengabaikannya, lalu terbentuklah kekebalan masal dengan sendirinya alias herd immunity.
Baca Juga: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Targetkan Maret 2022 Indonesia Capai Herd Immunity
Memang benar prinsip protokl kesehatan 3M bisa menolong. Tapi pada hakikatnya, kekebalan tubuhlah yang paling utama dibutuhkan untuk mengalahkan sebuah wabah dari virus.
Untuk itu, "Herd immunity (kekebalan massal) hanya bisa dicapai dengan vaksinasi atau ketika jumlah yang terkena mencapai angka sangat tinggi," jelas Dr. Short.
Contoh lainnya yang terdekat adalah flu babi.
Pada April 2009, virus ini menyebar dengan cepat dan menjadi pandemi. Sekitar 10 persen penduduk dunia terkena virus tersebut.
Baca Juga: Rutin Minum Satu Sendok Minyak Zaitun di Pagi Hari, Rasakan 4 Perubahan Ini Pada Tubuh
Tapi hanya dalam kurun waktu enam bulan, tersedia vaksin untuk memeranginya.
Lalu, flu babi ini menjadi flu musiman. Jadi masih ada dan bisa membuat manusia terpapar, hanya saja tidak lagi menjadi pandemi.
"Virus itu tidak hilang, saat di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."
"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr. Short.
Baca Juga: Sindir 'Jateng di Rumah Saja', Pemprov DKI Jakarta Akui Tak Bisa Lockdown di Akhir Pekan
Mengenai pandemi flu 1918 yang melanda dunia, dimana saat itu belum ada vaksin, dan akhirnya pandemi berakhir tanpa vaksin, Dr. Short mengatakan, tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang.
Menurutnya, bida dilihat antara pandemi flu babi 2009, dengan pandemi flu 1918.
"Di 1918, tidak ada vaksin. Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat hingga 1921," katanya.
Tapi pandemi flu tersebut bisa lenyap karena terjadi kekebalan massal yang membuat membuat virus itu jadi flu biasa.
"Virus 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia." Jelas Dr. Short.
Namun kita harus tahu, terbentuknya kekebalan masal pada saat itu dengan mengorbankan nyawa puluhan juta manusia di seluruh dunia.
Jadi, kapan pandemi Covid-19 ini akan berkahir, sebenarnya sudah bisa kita jawab.
Karenanya pada efektivitas vaksin kita mau tidak mau bergantung. Sebab dengan vaksinasi masal, jumlah kasus Covid-19 bisa ditekan.
Lalu pengobatan akan ditemukan dan jika sukses bisa menekan jumlah pesakitan dan kematian akibat Covid-19.
Intinya, "Menghilangkan virus dari dunia ini sangatlah sulit. Manusia baru pertama kali berhasil melakukannya terhadap cacar air," kata Dr. Short.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar