Upacara pemakanan yang melibatkan kontak langsung dengan tubuh penderita ebola tanpa protokol kesehatan juga bisa menjadi medium penularan penyakit.
Setiap orang yang darahnya mengandung virus ebola dapat menularkan penyakit ini.
Ibu hamil yang mengidap ebola akut dan sudah sembuh pun kemungkinan masih bisa menularkan virus ebola ke bayinya lewat ASI atau proses persalinan.
Untuk itu, perempuan yang sewaktu hamil mengidap ebola perlu dites ebola, sebelum bisa menyusui bayinya.
Baca Juga: BPOM Kembali Terbitkan Izin Edar 13 Juta Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac
Gejala seseorang terpapar ebola akan muncul 2 hingga 21 hari setelah infeksi dan biasanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, sakit tenggorokan, kelemahan, sakit perut, atau kurang nafsu makan.
Mengutip express.co.uk (16 Februari 2021), yang dilansir dari Intisari-online.id (17 Februari 2021), epidemi Ebola telah dideklarasikan di Guinea hampir lima tahun setelah penyakit tersebut menyebabkan malapetaka bagi negara itu dan lainnya di Afrika Barat yang menewaskan ribuan orang.
Epidemi terakhir yang terjadi antara 2013-2016 menewaskan 11.323 orang terutama di Guinea dan tetangganya Sierre Leone dan Liberia.
Empat orang saat ini dalam isolasi karena negara tersebut menerima bantuan dari pemerintah dan LSM di seluruh dunia.
Sakoba Keita, kepala Badan Kesehatan Guinea, mengkonfirmasi adanya Ebola dalam tujuh kasus, tetapi khawatir mungkin ada lebih banyak lagi.
Diyakini asal mula wabah ini dapat dilacak ke pemakaman setelah peserta melaporkan gejala Ebola.
Belum dapat dipastikan bagaimana penyakit itu menyebar di pemakaman, tetapi mayat dapat bertindak sebagai vektor penyakit.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Makan yang Secara Mengejutkan Bisa Meningkatkan Gula Darah
Source | : | WebMD,Express.co.uk,intisari,national interest,worldmeters.info |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar