GridHEALTH.id – Vaksin AstraZeneca sudah resmi menjadi vaksin darurat di masa pandemi Covid-19 untuk Indonesia.
Karena itu, vaksin AstraZeneca sebanyak 1.113.600 dosis yang sudah masuk di Indonesia, segera didistribusikan.
Baca Juga: Efikasi Vaksin AstraZeneca Lebih Kecil dari Sinovac, BPOM Umumkan Kelompok Ini Akan Menerimanya
Dalam memberikan ijin terhadap vaksin AstraZeneca sebagai vaksin Covid-19 darurat di masa pandemi Covid-19, BPOM juga dibantu proses evaluasinya oleh Tim Ahli yang tergabung dalam Komite Nasional Penilai Obat, ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), dan pihak terkait lainnya.
Kepala BPOM, Penny Lukito dalam konferensi pers digital di Jakarta, Selasa (9/3/2021), menyampaikan vaksin AstraZeneca akan diberikan untuk kelompok orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, termasuk lansia.
"Vaksin AstraZeneca merangsang pembentukan antibodi pada orang dewasa berusia 18 tahun hingga 60 tahun, meningkat 32 kali. Pada lansia meningkat 21 kali," ujarnya.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Ditunda di Austria Setelah Satu Kematian Dilaporkan
Tapi untuk efikasi vaksin AstraZeneca tidak lebih besar dari vaksin Sinovac, namun tetap memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Prihal efikasi, mengutip siaran pers AstraZeneca Indonesia, satu dosis vaksin AstraZeneca disebut memiliki efikasi 76 persen terhadap Covid-19 dengan gejala dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi.
Efikasi vaksin setelah pemberian dosis kedua lebih tinggi, apabila diberikan dengan interval yang lebih lama.
Efikasinya bisa mencapai 81,3 persen jika interval pemberian dosis pertama dan kedua mencapai 12 minggu atau lebih.
Data tersebut dikonfirmasi oleh analisis utama uji klinis fase ketiga dari Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, yang dipublikasikan pada jurnal The Lancet.
Baca Juga: Baru Datang ke Indonesia, Vaksin AstraZeneca Justru Ditangguhkan Austria, Ada Apa?
Analisis tersebut juga mengonfirmasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 AstraZeneca dalam mencagah Covid-19 tanpa kasus parah dan tanpa rawat inap.
Sekadar perbandingan, vaksin Sinovac yang sudah didistribusikan di Indonesia memiliki efikasi sebesar 65,3 persen, berdasarkan uji klinis fase ketiga di Indonesia.
Baca Juga: Tiba-Tiba WHO Puji Kepemimpinan Indonesia Soal Vaksin Covid-19, Ini Pesannya
Sementara di Turki efikasi Sinovac mencapai 91,25 persen dan Brasil sebesar 50,4 persen.
Bagaimana vaksin AstraZeneca dalam menghadapi virus corona mutasi baru B.1.1.7?
Menurut laporan DW, seperti dilansir dari Kompas.com, vaksin AstraZeneca disebut masih menawarkan tingkat perlindungan yang sama terhadap varian virus corona B.1.1.7, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.
Hal itu didasari studi tentang efikasi AstraZeneca terhadap varian virus corona B.1.1.7.
Sumber yang sama menyebutkan, jika kita terinfeksi varian virus B.1.1.7, B.1351 atau 501Y.V2 yang pertama diidentifikasi di Afrika Selatan dan varian P.1 yang pertama kali diidentifikasi di Brasil, vaksin AstraZeneca disebut masih dapat memberikan perlindungan.
Sebab, semuanya adalah varian dari strain virus corona awal yang telah dirancang untuk dilawan oleh vaksin.
Baca Juga: Catat, Ini Cara Mendapatkan Vaksin Lansia Gratis di Jakarta Secara Drive Thru
Vaksin yang ada mungkin tidak dapat mengenali bagian-bagian yang telah bermutasi, tetapi tetap akan mengenali bagian lainnya.
Walau demikian, kita jangan abaikan juga efek samping vaksin AstraZeneca ini, yang sampai membuat otoritas Austria menangguhkan program penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca karena adanya laporan kematian satu orang setelah mendapat suntikan vaksin ini.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Diduga Tak Efektif Melawan Varian Brasil
"Kantor Federal untuk Keselamatan dalam Perawatan Kesehatan (BASG) telah menerima dua laporan dalam hubungan sementara dengan vaksinasi dari batch yang sama dari vaksin AstraZeneca di klinik distrik Zwettl di provinsi Lower Austria. Wanita berusia 49 tahun meninggal akibat gangguan koagulasi yang parah, sementara seorang wanita berusia 35 tahun mengalami emboli paru dan sedang dalam masa pemulihan, " kata seorang pejabat kesehatan Austria seperti dikutip dari Le Monde Soir (08/03/2021).
Untuk diketahui, vaksin Covid-19 AstraZeneca memiliki potensi efek samping.
Dilansir dari gov.uk, kebanyakan efek sampingnya adalah ringan sampai sedang, yang sembuh dalam beberapa hari dan pada beberapa kasus hingga satu minggu setelah vaksinasi.
Berdasarkan uji klinis, beberapa efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca yang sangat umum terjadi atau dapat memengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang, antara lain:
- Nyeri tekan.
- Nyeri.
- Rasa hangat.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kenapa Pasien Covid-19 Baru Bisa Disuntik Vaksin Setelah 3 Bulan Sembuh
- Gatal atau memar di tempat suntikan.
- Merasa tidak sehat.
- Kelelahan.
- Menggigil atau demam.
- Sakit kepala.
- Mual.
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
Sementara efek samping yang umum terjadi atau dapat memengaruhi satu dari 10 orang, di antaranya:
- Bengkak.
- Kemerahan atau benjolan di tempat suntikan.
- Demam.
- Merasa sakit atau diare.
- Gejala mirip flu, seperti demam tinggi, radang tenggorokan, pilek, batuk, dan menggigil.
Sedangkan efek samping yang jarang terjadi atau dapat memengaruhi hingga 1 dari 10 orang, antara lain:
- Pusing.
- Nafsu makan menurun.
- Sakit perut.
Baca Juga: Menu Diet Lady Rocker, Nasi Merah Biasa, Lele Gorengnya yang Menarik
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Keringat berlebih.
- Kulit gatal atau ruam.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,intisari,GridHealth.ID,Le Monde Soir |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar