GridHEALTH.id - Penyakit mental sering kali menjadi hal yang kerap disepelekan oleh beberapa orang.
Apalagi jika orang tersebut tidak mengetahui pasti apakah penyakit itu serius atau tidak.
Belum lama ini, pada media sosial Twitter ramai membahas komentar para juri dalam ajang pencarian model di salah satu televisi swasta.
Pasalnya, beberapa juri tersebut nampak menyinggung salah satu peserta terkait eating disorder yang dialaminya.
Baca Juga: The Journey Of Fit Karya Tya Ariestya Kejam dan Berbahaya, Menurut Yulia Baltschun Eating Disorder
Tanggapan tersebut kemudian menuai banyak kritikan dari warganet karena dinilai meremehkan penyakit mental seseorang.
Tw: Depression and Eating disorder
— rachell yahya (@raechuuu) March 21, 2021
I cant even begin to explain how upsetting and disappointing these videos are. To be open and transparent about your mental illnesses (god knows how hard that is) and to be belittled and mocked on television breaks my heart so much. pic.twitter.com/bOSghlrWIk
Dilansir dari nationaleatingdisorders.org dalam artikel 'WHAT ARE EATING DISORDERS?', gangguan makan adalah penyakit mental dan fisik yang serius tetapi dapat diobati.
Penyakit ini dapat mempengaruhi orang dari semua jenis kelamin, usia, ras, agama, etnis, orientasi seksual, bentuk tubuh, dan berat badan.
Survei nasional memperkirakan bahwa 20 juta wanita dan 10 juta pria di Amerika akan mengalami gangguan makan pada suatu saat dalam hidup mereka.
Meskipun tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan gangguan makan, konsensus yang berkembang menunjukkan bahwa itu adalah berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya.
Dikutip dari Kompas.com, Psikolog klinis Veronica Adesla menjelaskan bahwa eating disorder adalah gangguan makan atau berhubungan dengan perilaku makan.
"Gangguan ini secara signifikan mampu mengganggu kesehatan fisik dan fungsi psikososial (dalam menjalani aktivitas bekerja sosial sehari-hari)," ujar Vero saat dihubungi, Rabu (24/3/2021).
Baca Juga: Aktris FTV Cerelia Raissa Mengidap 5 Penyakit Mental Sekaligus
Menurutnya, gangguan ini bisa muncul dengan kondisi yang berbeda-beda, antara lain:
- Dapat berupa makan sangat berlebihan di suatu waktu.
- Kebiasaan makan berlebihan dan memaksa memuntahkannya.
- Tidak makan atau makan sangat kurang karena takut berat badan bertambah atau menjadi gemuk.
- Mengkonsumsi benda asing yang tidak layak untuk dimakan sebagai makanan.
Tak hanya itu, menurut Vero penyebab eating disorder bisa beragam, salah satunya juga bergantung pada jenis gangguan yang dialami.
"Ada yang dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang masa kecil, mengalami berbagai peristiwa hidup yang stressful, tuntutan atau tekanan dari lingkungan (seperti: keluarga, pertemanan, pekerjaan)," ujar Vero.
"Penyebab lain, termasuk pengaruh budaya mengenai penilaian konsep cantik atau bentuk tubuh kurus atau ideal."
Menangani Eating Disorder
Baca Juga: 5 Hal Ini yang Harus Perempuan Lakukan Untuk Menjaga Kesehatan Mental
Dijelaskan oleh Vero, eating disorder masih bisa ditangani dengan dukungan dari berbagai pihak.
Penanganan untuk eating disorder dapat berupa family therapy, cognitive behavioral therapy, dan interpersonal therapy.
"Keluarga memegang peranan penting untuk membangun pola perilaku makan yang sehat pada anak," ujar Vero.
Kemudian, dengan menjalani penanganan cognitive behavior therapy dapat membantu individu untuk mengubah pemikiran negatifnya yang tidak rasional terkait penampilan dan mengubah pola makannya.
Sedangkan, interpersonal psychotherapy mampu membantu indvidu untuk meningkatkan kualitas relasinya dengan orang lain, melalui belajar untuk menyelesaikan konflik dan memperluas jaringan sosial.
Vero juga mengingatkan untuk tidak menganggap sepele semua masalah kesehatan mental.
Karena itu, ia pun menghimbau pada masyarakat untuk menghindari perilaku judging.
"Semua orang tanpa pandang bulu bisa saja mengalami masalah kesehatan mental. Ada yang secara sadar menyadari ketika mentalnya tidak atau kurang sehat, ada pula yang secara tidak sadar tidak menyadari bahwa sebenarnya mentalnya sedang tidak sehat," ujar Vero.
Baca Juga: Studi : Berhenti Merokok Bikin Kebahagiaan Meningkat dan Usir Stres
Untuk mengedukasi dan mawas soal isu kesehatan mental, Vero juga mengajak masyarakat untuk membangun social awareness akan pemahaman yang benar mengenai kesehatan mental.
Ia mengatakan kepada masyarakat untuk menghindari perilaku judging atau sikap menghakimi, perbesar sikap respect (menghargai, menghormati) dan empati.
"Kalau tidak pernah mengalami mungkin tidak paham, karena itu banyaklah belajar, salah satunya dengan mendengar secara seksama," ujar Vero.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Kompas.com,twitter.com,nationaleatingdisorders.org |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar