Menurutnya,: "B117 itu lebih cepat, kemungkinan besar hampir peneliti-peneliti besar di dunia memprediksi varian ini akan menggantikan varian yang dominan saat ini. Kalau dia dominan, lebih cepat, risikonya apa, akan lebih banyak orang ke rumah sakit, akan berulang lagi siklus yang kita alami di awal dulu pandemi."
Untuk diketahui, virus corona varian baru B117, awalnya disebut sebagai VUI-202012/01 atau yang diartikan varian udner investigation.
Dditemukan pada Desember 2020. Saat itu varian masih dalam pemeriksaan.
Baca Juga: Test SWAB 30 Juta Rupiah, Gunakan Dana Bansos Covid-19 Terungkap
Tapi tak lama kemudian beberapa data dari ilmuwan dunia muncul, penularan virus corona B117 menunjukkan meningkat 50%-70%.
Ini membuat sebutannya berubah menjadi VOC atau Varian of Concern.
"Varian yang menjadi perhatian karena penularannya lebih cepat. Ada potensi membuat orang lebih banyak ke RS, menimbulkan potensi kematian, meskipun risetnya masih terus berjalan," jelas Riza.
"Data terakhir dari New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), jadi grup yang memberikan nasihat kepada pemerintah Inggris terkait dengan varian baru, secara umum menunjukkan peningkatan gejala dan peningkatan mortalitas, tapi ini potensinya sebanyak maksimal 35%," kata Riza.(*)
Baca Juga: Serupa dengan GeNose, SpiroNose di Belanda Dihentikan untuk Tes Covid-19, Hasilnya Keliru
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Warta Kota,cnn indonesia |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar