Disebutkan juga, ketika penderita bangun dari tidur panjangnya, mereka ada kemungkinan menunjukkan sifat lekas marah, kurang energi (lesu), hingga kurangnya emosi (apatis).
Penyebab pasti sindrom Kleine-Levin tidak diketahui. Untuk pengobatannya pun sampai saat ini belum ada pengobatan yang pasti.
Namun, para peneliti percaya dalam beberapa kasus, faktor keturunan dapat menyebabkan beberapa individu memiliki kecenderungan genetik untuk mengembangkan gangguan tersebut.
Baca Juga: Di Indonesia Seorang Anak 18 Bulan Tidur Melulu, di Vietnam Sosok Ini Insomnia Selama 33 Tahun
Diperkirakan bahwa gejala 'Putri Tidur' ini mungkin berkaitan dengan kerusakan fungsi otak yang membantu mengatur fungsi-fungsi seperti tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh (hipotalamus).
Beberapa peneliti berspekulasi bahwa sindrom Kleine-Levin mungkin merupakan gangguan autoimun.
Timbulnya gejala yang terkait dengan gangguan ini sangat cepat. Penderita kemungkinan memiliki sekitar dua hingga 12 episode per tahun.
Walaupun sindrom ini akan menghilang seiring berjalannya usia, gangguan ini bisa diderita seseorang hingga usia 40 hingga 50 tahunan.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,Rarediseases.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar