GridHEALTH.id - Mengatasi dehidrasi saat puasa sangat penting untuk dilakukan. Apalagi jika bulan suci Ramadan terjadi pada suhu musim panas yang tinggi, yang dapat menyebabkan kelelahan dan mual.
Anak-anak, orang tua, penderita diabetes, ginjal, atau penyakit kronis lainnya, serta individu yang melakukan aktivitas fisik di bawah sinar matahari, berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi.
Baca Juga: Tanda-tanda Seseorang Mengalami Dehidrasi ada 6, Salah Satunya Ngidam Makanan Manis
Melansir dari mayoclinic.org dalam artikel 'Dehydration', dehidrasi terjadi ketika kita menggunakan atau kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi.
Tak hanya itu, tubuh juga tidak memiliki cukup air dan cairan lain untuk menjalankan fungsi normalnya. Jika tidak mengganti cairan yang hilang, kita akan mengalami dehidrasi.
Siapa pun bisa mengalami dehidrasi, tetapi kondisi ini sangat berbahaya bagi anak kecil dan orang dewasa yang lebih tua.
Penyebab paling umum dari dehidrasi pada anak kecil adalah diare dan muntah yang parah.
Orang dewasa yang lebih tua secara alami memiliki volume air yang lebih rendah di tubuh mereka, dan mungkin memiliki kondisi atau mengonsumsi obat yang meningkatkan risiko dehidrasi.
Lihat postingan ini di Instagram
Ini berarti bahwa penyakit ringan, seperti infeksi yang menyerang paru-paru atau kandung kemih, dapat menyebabkan dehidrasi pada orang dewasa yang lebih tua.
Melansir dari hamad.qa dalam artikel 'Fasting and the risk of dehydration during Ramadan', faktor risiko dehidrasi lainnya adalah penyakit yang disertai diare, muntah, demam tinggi atau peningkatan aliran urin.
Baca Juga: Hati-hati, Kurang Air Minum Bisa Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis
Dehidrasi parah dimulai dengan gejala seperti mulut kering yang ekstrem, kulit kering dan keriput, rasa lesu, kurang konsentrasi, kelelahan umum, tidur berlebihan, kesulitan buang air kecil, sembelit, dan aritmia jantung.
Orang-orang yang mengalami gejala-gejala ini atau diduga mengalami dehidrasi disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter mereka.
Untuk mengetasi dehidrasi selama bulan puasa, berikut tips dan saran yang bisa membantu menghindarinya.
1. Minum antara 8 hingga 12 gelas air
Lebih baik minum air hangat daripada air dingin karena lebih cepat diserap oleh tubuh. Dianjurkan untuk mengonsumsi sup setiap hari selama bulan puasa, karena sup adalah sumber cairan yang baik.
Selain itu, buah-buahan dan sayuran seperti semangka, tomat, mentimun, dan juga anggur. Buah-buah ini lah yang terkenal dengan kandungan airnya yang tinggi, membantu mengurangi rasa haus.
2. Hindari penggunaan bumbu dan garam yang berlebihan
Lebih baik menghindari makanan yang kaya akan rempah-rempah di saat berbuka karena hal ini meningkatkan kebutuhan tubuh akan air.
Selain itu, penggunaan garam dalam salad dan saat memasak dianjurkan untuk dikurangi. Mengkonsumsi garam dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan rasa haus.
Baca Juga: Waspada Flu Perut, Tidak Kalah Menakutkan dari Infeksi Covid-19
3. Tidak makan manis secara berlebihan
Penelitian telah menunjukkan bahwa makan yang manis meningkatkan rasa haus karena mengandung banyak gula. Makan buah-buahan sebagai gantinya yang memberi tubuh kita cairan dan memuaskan dahaga.
4. Hindari kafein dan nikotin
Kafein adalah diuretik alami karena meningkatkan kehilangan cairan dan rasa haus. Dianjurkan agar minuman berkafein dihindari selama bulan puasa.
Termasuk minuman energi dan berkarbonasi, teh dan kopi. Juga hindari merokok karena memicu mulut kering dan haus yang terus menerus.
5. Hindari paparan sinar matahari atau aktivitas fisik pada siang hari
Karena suhu tinggi dan paparan sinar matahari langsung, perlu banyak minum air karena tubuh lebih mungkin mengalami dehidrasi dan peningkatan rasa haus.
Waktu terbaik untuk berolahraga selama puasa adalah setelah berbuka puasa karena tubuh telah diberi makanan dan minuman untuk memasok energi, dan akan memiliki cukup waktu untuk mengisi kembali cairan yang hilang selama berolahraga.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | mayoclinic.org |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar