Badai sitokin pada pasien COVID-19
Mengenai kematian Raditya Oloan yang sebelumnya terinfeksi Covid-19, lalu mengalami badai sitokin yang menyebabnya masuk ICU, lalu meninggal dunia, perlu diketahui,studi terbaru pada pasien yang terinfeksi COVID-19 telah menunjukkan bahwa orang-orang ini menunjukkan sitokin pro-inflamasi tingkat tinggi, yang meliputi IFN-g, IL-1B, IL-6 dan IL-2, dan kemokin.
Hubungan antara badai sitokin dan COVID-19 dibuat ketika dokter mengamati bahwa unit perawatan intensif (ICU) yang dirawat pasien memiliki tingkat CXCL10, CCL 2, dan TNF-a yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien COVID-19 yang mengalami gejala lebih ringan, dan tidak membutuhkan masuk ke ICU.
Seperti banyak virus lainnya, terutama SARS, MERS, dan influenza, badai sitokin telah digunakan sebagai tanda peringatan bagi dokter untuk mengenali peningkatan penyakit.
Baca Juga: Diabetes dengan Kadar Gula Darah 1143 Membuat Komedian Bang Sapri Linglung dan Masuk ICU
Jika tidak ditangani, badai sitokin oleh COVID-19 menghasilkan kerusakan imunopatogenik yang tidak hanya menyebabkan ARDS dalam banyak kasus, tetapi juga dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan yang luas, kegagalan organ, dan kematian.
Mengobati badai sitokin pada COVID-19
Jika sudah demikian apa yang akan dilakukan dokter?
Penelitian terbaru menemukan bahwa periode kritis 5-7 hari ada antara waktu diagnosis COVID-19 dan sindrom disfungsi organ ganda (MODS).
Baca Juga: Teh Herbal Membantu Menghindari Dehidrasi di Bulan Ramadan, Studi
Source | : | News Medical Life Sciences - Badai Sitokin |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar