GridHEALTH.id - Masih banyak masyarakat di Indonesia yang ragu untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19.
Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan mulai dari permasalahan ideologi terkait haram atau halal, konspirasi efek samping dibalik vaksin Covid-19 tersebut, sampai lokasi vaksinasi yang jauh dari tempat tinggal.
Kondisi di tanah air ini pun rupanya menarik perhatian Azrul Ananda, seorang pengusaha sekaligus Presiden dari klub Sepak Bola Persebaya Surabaya.
Dimana pria yang juga anak dari mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan itu mengaku keheranan dengan proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Terlebih setelah ia mencoba ikut melakukan proses vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat.
Dalam tulisannya di laman happywednesday.id (23/6/2021), Azrul mengaku awalnya tak berniat untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 lagi di Amerika.
Ia pergi ke sana hanya untuk mengikuti balap sepeda Unbound Gravel, di Kansas.
Namun saat tiba di Amerika, rupanya Azrul dan koleganya tidak perlu melakukan karantina sebagaimana aturan yang biasa dikenakan bagi para pendatang.
Alhasil waktu seminggu yang semula disisihkan untuk karantina disana menjadi kosong, Azrul pun bingung untuk mengisi waktu luangnya tersebut.
Akhirnya ia memutuskan untuk menyewa rumah di negara bagian Texas, sembari latihan untuk persiapan balap.
Di sela-sela waktunya, Azrul juga berkeliling dan pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan setiap hari.
Ketika keliling itu, Azrul menyadari betapa luar biasa sederhananya penanganan pandemi di Amerika. Menurutnya super simple.
Baca Juga: Cerita Dokter di Semarang Terkait Khasiat Sambiloto yang Mampu Percepat Kesembuhan Pasien Covid-19
Azrul mengatakan saat pergi ke supermarket ia melihat papan penawaran vaksinasi Covid-19 gratis.
"Kami pergi ke Walmart, hypermarket paling populer di Amerika. Baru masuk, sudah ada papan tulisan penawaran vaksinasi. Gratis. Cukup menuju bagian farmasi di Walmart, mendaftar di sana atau lewat aplikasi, lalu suntik. Benar-benar walk in. Tidak ada prosedur panjang. Tidak ada penjagaan aneh-aneh. Tidak ada “event” merayakan vaksinasi," terangnya.
Tak hanya di supermarket ajakan untuk vaksinasi Covid-19 gratis juga ada di apotek dan toko-toko lainnya.
"Kami juga ke beberapa jaringan apotek/toko kebutuhan populer. Seperti Walgreens dan CVS. Semua punya papan tulisan atau pengumuman jelas: Silakan walk in untuk suntik vaksin," tambahnya.
Iseng ia pun bertanya pada salah satu gerai yang menawarkan vaksinasi Covid-19 dan ia pun terkejut bahwa ajakan tersebut benar adanya.
Azrul mengaku terpana, namun ia memutuskan untuk tidak mengikuti vaksinasi karena akan mengikuti balap sepeda.
Lomba selesai. Sebelum balik ke Indonesia, sehari sebelum terbang, Azrul dan koleganya semua swab PCR dan hasilnya aman.
Teringat soal vaksinasi gratis kemarin, ia pun memutuskan untuk mencobanya.
"Segera saja setelah swab saya diantar ke salah satu farmasi/toko kebutuhan terdekat. Saya ke loket farmasinya, bilang ingin vaksin. Saya benar-benar walk in. Tidak mendaftar via aplikasi. Tidak masalah, kata yang di situ. Saya cukup mengisi formulir selembar. Menunjukkan kartu identitas (paspor). Dia semua yang mengisi data di komputer."
Azrul memilih vaksin Johnson & Johnson, sebab vaksin Covid-19 itu hanya butuh sekali suntik.
"Hanya beberapa menit, saya dipanggil. Masuk. Duduk. Perempuan yang akan menyuntik menunjukkan vaksinnya. Menunjukkan kalau itu Johnson & Johnson. Lalu dia mengingatkan, saya mungkin akan mengalami sedikit demam dan kurang enak badan dalam satu dua hari ke depan. Tapi itu tidak apa-apa."
"Saya bertanya, bagaimana dengan kejadian pengentalan darah yang diberitakan itu. Dia bilang, jangan khawatir, itu hanya terjadi pada perempuan usia 19-49, dan hanya satu dari satu juta."
"Tidak ada cek tekanan darah. Langsung tancap di lengan kiri. Beres," ujarnya
"Saya langsung mendapatkan kartu bukti vaksin, lengkap dengan nama vaksin dan nomor serinya. Lalu ada lagi menyusul di email. Saya juga dapat voucher belanja 5 USD, siapa tahu ingin belanja di situ. Lumayan, saya beli cokelat."
Baca Juga: Kesaksian Dokter Tirta Setelah Disuntik Vaksin Sinovac: 'Itu Isinya Virus Mati'
Dari tulisan tersebut, Azrul mengaku hanya ingin menggambarkan betapa sederhana, betapa tidak hebohnya, proses vaksin di Amerika Serikat.
"Tidak perlu ada kehebohan khusus dari para pejabat, tidak perlu ada penjagaan khusus dari aparat. Benar-benar simpel"
"Sebarkan vaksinnya, siapa saja silakan suntik di mana saja. Tidak perlu ke rumah sakit atau kawasan khusus. Cukup ke farmasi atau bahkan supermarket," jelasnya.
Menurut Azrul kunci melawan pandemi ini memang harus bisa simpel.
Kebijakan pemerintah Amerika sangatlah simpel. Bahwa kalau sudah divaksin, maka seseorang tidak perlu lagi bermasker.
Tapi, kebijakan lebih detail diserahkan kepada masing-masing pemilik usaha, apakah mewajibkan konsumennya memakai masker atau tidak.
Tidak ada istilah-istilah PSBB, PS Mikro, PS Lockdown, PS Ambyar, atau apalah. Semua simple, pakai common sense alias akal sehat.
Tidak ada lempar-lemparan tanggung jawab soal penerapan kebijakan.
Tidak ada bupati ngomel ke gubernur, gubernur ngomel ke menteri, lalu kalau berani ngomel ke presiden. Tidak ada lempar-lemparan tanggung jawab soal izin kegiatan.
Dan yang terpenting: Kebijakannya berdasarkan rasa percaya kepada sains (ilmu pengetahuan). Bukan kebijakan yang ganti-ganti karena menyikapi apa yang sedang ramai di sosmed.
Setelah divaksin masih bisa positif? Iya. Tidak perlu heboh gaduh.
Yang penting tidak sampai sakit parah, tidak sampai masuk rumah sakit, tidak sampai meninggal.
Baca Juga: Email Anthony Fauci Buktikan Kesaksian Li-Meng Yan Tentang Covid-19 Bocor dari Lab Wuhan Benar
"Bukankah itu tujuan utama vaksin? Bukan untuk tidak positif, tapi untuk mengurangi atau menghilangkan risiko terburuknya!," ujarnya.
"Setelah divaksin bisa demam dan tidak enak badan? Jangan dihindari. Saya melihat promo vaksinasi di sana. Seorang dokter berbicara: "Kalau Anda demam setelah divaksin, Anda seharusnya senang. Itu tandanya vaksinnya bekerja." Tidak seperti kita, yang seolah inginnya divaksin air saja supaya tidak sakit sama sekali."
Masih ada efek samping dari vaksin tertentu? Jangan heboh. Satu dari satu juta. Harus bisa berpikir sangat global. Dampak baiknya masih jauh lebih baik dari risikonya.
"Mohon maaf. Saya memang lagi sering geleng-geleng kepala baca berita-berita hebohnya pandemi di negeri kita tercinta ini. Hal-hal kecil dihebohkan luar biasa, sehingga tidak ada lagi yang memperhatikan secara holistik," ungkap Azrul.
"Energi lebih capek ngurusi yang kecil-kecil, daripada memikirkan bagaimana yang paling utama nanti (mengakhiri pandemi ini)."
"Ya itu tadi, kebijakan jadi dibuat berdasarkan reaksi sosmed, bukan berdasarkan prinsip kebaikan, apalagi sains."
"Sekali lagi mohon maaf."
"Sekarang saya sadar betul, siapa saja bisa sekolah setinggi langit untuk bisa memikirkan hal-hal paling rumit."
"Sayangnya, yang kita butuhkan mungkin justru sekolah untuk berpikir simple. Atau malah vaksin yang bisa membuat masyarakat kita lebih simple...," pungkasnya.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Happywednesday.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar