GridHEALTH.id - Merunut sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga nirlaba Touch Neurology pada 2018 menemukan, hingga 95% pasien memiliki setidaknya satu komplikasi yang relevan dalam tiga bulan pertama setelah stroke.
Komplikasi merusak hasil neurologis dan sekitar sepertiga pasien dengan stroke iskemik meninggal selama rawat inap karena satu atau lebih komplikasi.
Sebenarnya untuk meminimalkan dampak efek samping terkait stroke, pasien harus dirawat di unit khusus di mana komplikasi terdeteksi lebih awal dibandingkan dengan unit umum.
Selain itu, perawatan di unit stroke meningkatkan kelangsungan hidup dengan mencegah situasi yang mengancam jiwa
Namun, bahkan di unit stroke khusus, infeksi terkait stroke tetap menjadi salah satu komplikasi utama pada stroke akut, dengan frekuensi antara 21% hingga 65%.
Ini menunjukkan, insiden infeksi di antara pasien stroke secara signifikan lebih tinggi daripada prevalensi pasien umum yang didapat di rumah sakit.
Baca Juga: 5 Tips Untuk Mencegah Stroke, Penyebab Kematian Ketiga di Dunia
Pneumonia bakterial dan infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi predominan pada pasien stroke akut.
Insiden ISK pada stroke akut berkisar antara 6 dan 27%, sedangkan frekuensi stroke terkait pneumonia (the frequency of stroke-associated pneumonia/ SAP) berkisar antara 5 dan 22%.
Ini dibandingkan dengan tingkat rata-rata pneumonia hanya 3,5% pada pasien non-stroke yang dirawat di rumah sakit geriatri. Pada populasi umum, risiko ISK adalah antara 3 dan 10% per hari kateterisasi.
Pneumonia pasca stroke biasanya dijelaskan sebagai akibat aspirasi karena defisit neurologis, seperti gangguan tingkat kesadaran, gangguan refleks pelindung atau disfagia.
Faktor risiko tambahan untuk SAP telah diidentifikasi yaitu keparahan stroke, subtipe stroke, ukuran lesi, ventilasi mekanik, usia, jenis kelamin dan riwayat diabetes.
Sementara pada ISK, beberapa parameter diketahui meningkatkan risiko ISK setelah stroke termasuk jenis kelamin perempuan, usia, ketergantungan sebelum stroke, keparahan stroke (diukur dengan NIHSS), fungsi kognitif yang buruk dan kateterisasi
Kateterisasi adalah faktor risiko yang dijelaskan dengan baik untuk layanan kesehatan- ISK terkait.
Baca Juga: Gejala Diabetes, Jawab 8 Pertanyaan Ini Untuk Memastikan Apakah Kita Sudah Menyandang Diabetes
Baca Juga: Anak Tanpa Saudara Kandung Memiliki Risiko Mengalami Obesitas, Studi
Penggunaannya yang tidak tepat mungkin lebih sering terjadi pada pasien stroke, sehingga semakin meningkatkan risiko ISK.
Biasanya, kateterisasi merupakan konsekuensi dari disfungsi dan retensi urine, terjadi pada 29-58% pasien stroke.
Gangguan penyimpanan urine akibat hiper-refleksia kandung kemih tampaknya lebih umum terjadi setelah stroke.46 Faktor risiko disfungsi kandung kemih termasuk infark besar dan keterlibatan kortikal.
Meskipun pengobatan stroke modern di unit khusus stroke dan fasilitas rehabilitasi, infeksi tetap menjadi komplikasi medis yang paling penting setelah stroke iskemik.
Pneumonia dan infeksi saluran kemih merupakan infeksi pasca stroke yang paling sering terjadi.
Infeksi pasca stroke tidak hanya memperpanjang rawat inap tetapi juga merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas dini dan jangka panjang.
Baca Juga: Komposisi Sonata dari WA Mozart Dapat Mencegah Epilepsi, Studi
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Jamur Mampu Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Mereka biasanya dikaitkan dengan gejala sisa neurologis seperti imobilisasi karena kelumpuhan motorik atau disfagia sebagai risiko aspirasi. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Touch Neurology |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar