GridHEALTH.id - Terjadinya kembali lonjakan kasus Covid-19 yang sangat signifikan beberapa minggu belakangan, bahkan melebihi angka yang terjadi pada 2020, kemungkinan besar disebabkan Covid-19 varian Delta (B.1.617.2) yang berasal dari India.
Mendominasinya varian Delta, sehingga disebut-sebut sampai 95%, dalam kasus Covid-19 di Indonesia dipaparkan Ketua Tim Pengurutan Genom Menyeluruh (Whole Genom Sequencing/WGS) SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra.
Sugiyono mengatakan kemungkinan besar lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan oleh varian Delta.
"Jika dilihat dari data GISAID yaitu data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan diidentifikasi selama tiga pekan terakhir, lebih dari 95% merupakan varian Delta dan sisanya adalah varian Alfa dan varian lokal Indonesia," kata Sugiyono dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (17/07/2021) dilansir dari Kantor Berita Antara.
Sugiyono menuturkan dari penelitian yang dilakukan di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama delapan hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021, ditemukan hampir 10% adalah varian Delta.
"Berdasarkan data yang ada, terbukti bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh paparan virus SARS-CoV-2 varian Delta," papar Sugiyono.
Pada 11 Juli 2021 Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia, yaitu mencapai 1.007 orang dalam satu hari.
Menurut Sugiyono, faktor utama yang menyebabkan varian Delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristik dari varian Delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian lain.
"Material genetik yang ditemukan di varian Delta punya karakter yang bisa menurunkan efektifitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan," ujarnya.
Sugiyono menceritakan berdasarkan data yang diperoleh dari Inggris, varian Delta sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah huni rumah sakit.
Itu berarti varian tersebut mempunyai efek terhadap keparahan kondisi pasien Covid-19.
Tetapi Sugiyono melanjutkan, kasus Covid-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian Delta. Berdasarkan riset yang dilakukan, juga ditemukan varian baru asal Indonesia, yaitu varian B.1.466.
Sugiyono menuturkan sebelum varian Delta masuk ke Indonesia, varian baru asal Indonesia mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia.
Baca Juga: Depresi Saat Lansia Meningkatkan Risiko Stroke dan Penyakit Jantung
Baca Juga: Ini Gejala dan Penyebab Infeksi Saluran Kemih Selama Kehamilan Yang Perlu Diketahui
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan Indonesia agar varian lokal terus dimonitor, karena secara genetik varian itu mampu meningkatkan transmisi atau penularan di masyarakat.
Selain itu, varian tersebut juga dapat menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat.
"Akan tetapi, sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukkan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian Delta lebih berbahaya," ujar Sugiyono.
Sejak penelitian Covid-19 dilakukan di Indonesia, selama lebih dari satu tahun telah ditemukan lebih dari 10 varian Covid-19.
Namun, WHO menetapkan, varian yang menjadi perhatian dan keprihatinan (variant of concern) adalah varian Delta, Alfa, dan variant of interest, yaitu Gamma.
Baca Juga: 3 Tips Tepat Menggunakan Suntikan Insulin Bagi Penyandang Diabetes
"Walaupun dunia saat ini telah dihebohkan oleh varian baru Covid-19, yaitu varian Gamma dan Lamda, varian ini belum kami temukan di Indonesia sesuai data dari GISAID," pungkas Sugiyono. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Kompas.com,Kantor Berita Antara |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar