GridHEALTH.id - Siapa yang tak suka dengan kesegaran dalam secangkir teh?
Banyak yang menjadikan teh sebagai minuman favorit orang Indonesia karena dapat disuguhkan dalam kondisi hangat ataupun dingin.
Baca Juga: Dehidrasi Saat Berpuasa Membuat Kulit Kering, Berikut 5 Tips Jaga Kesehatan Kulit di Bulan Puasa
Bahkan, tak sedikit orang Indonesia yang menjadi es teh manis sebagai teman setelah makan.
Teh mengandung antioksidan sehingga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah.
Namun tahukah, di balik manfaat teh bagi tubuh, rupanya minuman favorit orang Indonesia ini malah bisa menimbulkan masalah gizi kronis bagi anak-anak.
Tak tanggung-tanggung, akibat dari minuman ini, anak-anak bisa terganggu tumbuh kembang fisik hingga perilaku dan emosi.
Lantas, mengapa teh begitu berbahaya bagi anak-anak?
Diketahui, teh mengandung senyawa tanin.
Berdasarkan International Journal of Nutrition and Food Sciences, tanin bertindak sebagai anti-nutrisi dengan menghalangi pencernaan dan penyerapan protein.
Tanin dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi.
Padahal, beberapa nutrisi yang diserap senyawa tanin dalam teh tersebut sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.
1. Gagal tumbuh
Tanin dapat menyeranp zat besi yang penting bagi tumbuh kembang anak.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Saudi Medical Journal menyebutkan, anak yang kekurangan zat besi tidak dapat tumbuh optimal.
Akibatnya, berat badan atau tinggi badan dapat berada di bawah rata-rata atau bisa dikatakan gagal tumbuh.
2. Gangguan tulang dan otot
Teh juga dapat menyerap kalsium sehingga jika terus menerus dikonsumsi anak-anak dapat menyebabkan fungsi otak, otot hingga sistem sarafnya akan mengalami gangguan.
Selain itu, kekurangan kalsium pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi di masa pertumbuhannya.
3. Nyeri perut
Kandungan kasfein yang cukup tinggi dalam teh juga dapat menyebabkan produksi asam lambung meningkat.
Akibatnya, anak-anak bisa mengalami sakit maag atau nyeri perut.
4. Sering buang air kecil
Sifat diuretik dalam secangkir teh dapat menyebabkan anak-anak akan sering buang air kecil.
Hal ini bisa berakibat pada menurunnya kadar elektrolit natrium dan kalium darah.
5. Mudah terserang penyakit infeksi
Berdasarkan penelitian yng dipublikasikan dalam BMJ Journal, teh dapat mengikat zat besi, maka anak yang kekurangan zat besi diperkirakan lebih mudah terserang penyakit infeksi.
Hal ini karena zat besi menjadi bagian penting dalam sistem imunitas atau daya tahan tubuh, juga sebagai penyokong pembentukan sel darah putih yang berfungsi memerangi infeksi yang menyerang tubuh.
6. Gangguan perilaku dan emosi
Melansir laman Kid's Health, anemia defisiensi zat besi pada anak yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan gangguan perilaku, emosi, hingga gangguan motorik anak.
Anak juga mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.
Menurut WHO dalam pedoman pemberian MPASI menganjurkan, orangtua tidak memberikan teh pada anak di bawah usia 2 tahun.
Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan anak-anak di atas 4 tahun baru boleh diberikan teh. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | WHO,Kid's Health,NCBI,BMJ Journals |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar