GridHEALTH.id - Banyak bukti memperlihatkan virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19 bocor dari fasilitas penelitian China sejak September 2019.
Laporan itu dibuat oleh Partai Republik AS yang dirilis pada Senin (02/08/2021), dikutip dari Reuters (02/08/2021). Namun laporan ini belum diiyakan oleh badan intelijen Amerika Serikat.
Laporan itu juga mengutip banyak bukti yang terkumpul dari para ilmuwan Institut Virologi Wuhan (WIV), dibantu oleh para ahli AS dan dana pemerintah China dan AS, bekerja untuk memodifikasi virus corona untuk menginfeksi manusia dan manipulasi semacam itu dapat disembunyikan.
Perwakilan Mike McCaul, seorang senior partai Republik di Komite Urusan Luar Negeri DPR di AS, merilis laporan oleh staf panel Partai Republik.
Ia mendesak penyelidikan bipartisan tentang asal-usul pandemi virus corona Covid-19 yang telah menewaskan 4,4 juta orang di seluruh dunia.
Beberapa kali sebelumnya, China menyangkal virus corona yang dimodifikasi secara genetik bocor dari fasilitas di Wuhan, tempat kasus Covid-19 pertama terdeteksi pada 2019, sebuah teori terkemuka tetapi belum terbukti di antara beberapa ahli. Beijing juga membantah tuduhan menutup-nutupi.
Baca Juga: Cina Tetap Tidak Mengaku, 3 Staf Laboratorium Wuhan Dirawat di Rumah Sakit Sebelum Covid-19 Diungkap
Baca Juga: Lansia dengan Komorbid Terinfeksi Covid-19 Punya Gejala Khas, Studi
Pakar lain menduga pandemi itu disebabkan oleh virus hewan yang kemungkinan ditularkan ke manusia di pasar makanan laut dekat WIV.
"Kami sekarang percaya sudah waktunya untuk sepenuhnya mengabaikan pasar basah sebagai sumbernya," kata laporan itu. "Kami juga percaya banyak bukti yang membuktikan bahwa virus memang bocor dari WIV dan itu terjadi sebelum 12 September 2019."
Laporan tersebut mengutip apa yang disebutnya informasi baru dan yang kurang dilaporkan tentang protokol keselamatan di lab, termasuk permintaan Juli 2019 untuk perbaikan sistem pengolahan limbah berbahaya senilai $1,5 juta untuk fasilitas tersebut, yang berusia kurang dari dua tahun.
Pada bulan April 2020, badan intelijen AS mengatakan setuju dengan konsensus ilmiah bahwa virus itu bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.
Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei 2020 memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk mempercepat pencarian mereka tentang asal-usul virus dan melaporkan kembali dalam 90 hari.
Sebuah sumber yang mengetahui penilaian intelijen saat ini mengatakan komunitas intelijen AS belum mencapai kesimpulan apakah virus itu berasal dari hewan atau WIV.
Pada Februari 2020, tim yang dipimpin peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghabiskan empat minggu di Wuhan untuk melakukan penelitian asal usul virus corona bersama dengan para peneliti China.
Baca Juga: 5 Tips Mencegah Diare Selama Kehamilan Agar Tidak Berdampak Pada Janin
Baca Juga: Selalu Ingin Marah Sepanjang Waktu? Kenali 5 Faktor Pemicunya
Dalam laporan bersama sebulan kemudian, tim WHO menyatakan bahwa virus itu mungkin ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Banyak pihak merasa kecewa dengan penyelidikan bersama WHO dan China itu sebab dinilai tak memberikan informasi baru dan berarti soal asal mula virus corona.
Kepala tim peneliti WHO dalam misi itu bahkan sempat mengeluh bahwa mereka kesulitan mendapat dan mencari data selama penyelidikan akibat dibatasi oleh pihak China.
Baca Juga: Mengenal 4 Fase Unik Menstruasi Agar Terhindar dari Bad Mood
Baca Juga: Meski PPKM, Sesekali Perlu Menghirup Udara Segar di Alam Bebas
Baru-baru ini, WHO juga kembali mengajukan studi fase kedua soal asal usul virus corona di China, termasuk ke laboratorium Wuhan. Namun China menolak permintaan ini. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Reuters,South China Morning Post,The Guardian |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar