Sementara dari jumlah 1.488 kasus pasien yang meninggal, diketahui ada 13,2% dengan hipertensi, 11,6% dengan Diabetes Melitus, serta 7,7% dengan penyakit jantung.
Jadi pasien Covid-19 dengan komorbid darah tinggi paling banyak jumlah kematiannya daripada komorbid lain, diabetes dan jantung.
Mak adari itulah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie, MD, M.H.Kes mengatakan, penyakit hipertensi merupakan penyakit katastropik yang tidak dapat disembuhkan, melainkan dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko.
Darah tinggi alias hipertensi, apabila tidak dicegah dan dikendalikan akan menjadi bom waktu yang dapat menyebabkan terjadinya kasus hipertensi baru, yang sangat signifikan dan berdampak pada pembiayaan Jaminan Kesehatan, khususnya terkait penyakit Katastropik.
“Hipertensi sangat mungkin dicegah dengan perubahan gaya hidup sehat, terutama di masa pandemi ini, kita harus berhati-hati dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Untuk itu pandemi COVID-19 ini bisa kita jadikan momentum untuk membudayakan gaya hidup sehat,” kata Cut dalam Temu Media Hari Hipertensi Sedunia 2020, digelar secara daring pada Selasa (13/10).
Gaya hidup sehat bisa dimulai dengan mengukur tekanan darah secara teratur, menjaga makanan tetap sehat dengan membatasi konsumsi gula, garam dan lemak alias Bijak GGL, menghindari makanan manis, perbanyak makan buah dan sayur, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik secara rutin, seperti jalan atau melakukan aktivitas sehari-hari di rumah.
Penting juga untuk melakukan deteksi hipertensi sedini mungkin.
Bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko darah tinggi, maka deteksi dini berupa pengukuran tekanan darah, hendaknya dilakukan sebulan sekali.
Baca Juga: Hari Kanker Paru Sedunia 2021 ; Di Masa Pandemi Covid-19, Pengobatan Kanker Paru Tidak Boleh Ditunda
Source | : | Sehat Negeriku - Hipertensi |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar