GridHEALTH.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Kamis memperingatkan bahwa demensia, yang berdampak negatif pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dan melakukan aktivitas sehari-hari, sedang meningkat di seluruh dunia, tetapi hanya sedikit negara yang siap untuk melawannya, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini.
Dalam sebuah laporan yang diliris pada Senin (30/09/2021), WHO mengatakan demensia, yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang mempengaruhi otak seperti Alzheimer atau stroke, mempengaruhi lebih dari 55 juta orang dalam apa yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global.
Angka itu akan meningkat menjadi 78 juta pada 2030 dan 139 juta pada 2050 seiring bertambahnya populasi.
Namun hanya seperempat negara di dunia yang memiliki strategi nasional untuk mendukung penderita demensia dan keluarga mereka, kata WHO.
Baca Juga: Pelecehan Oleh Keluarga Terhadap Lansia dengan Demensia Sering Terjadi, Studi
Baca Juga: Diabetes di Usia Muda Meningkat di Seluruh Dunia, Kenali Gejalanya
Setengah dari negara-negara ini berada di Eropa, dengan sisanya terbagi antara wilayah lain di dunia.
"Namun bahkan di Eropa, banyak rencana yang kedaluwarsa atau sudah kedaluwarsa, menunjukkan perlunya komitmen baru dari pemerintah," kata WHO.
Direktu Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, "Demensia merampas jutaan ingatan, kemandirian, dan martabat mereka, tetapi juga merampas orang-orang yang kita kenal dan cintai."
"Dunia mengecewakan orang-orang dengan demensia, dan itu menyakitkan kita semua," katanya seperti dikutip dalam sebuah pernyataan.
Demensia sebagian besar menyerang mereka yang berusia 65 tahun ke atas tetapi juga dapat menyentuh orang berusia 30-an dan 40-an.
Tidak ada pengobatan, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 40% kasus dapat dihindari atau ditunda dengan gaya hidup sehat.
Faktor risiko termasuk depresi, pendidikan rendah, isolasi sosial dan kurangnya stimulasi kognitif.
Katrin Seeher, dari departemen kesehatan mental dan penggunaan zat WHO, mengatakan kepada wartawan bahwa lebih dari 60% orang yang hidup dengan demensia berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
"Kami terutama perlu mengurangi kesenjangan yang ada antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah dan menengah, dan antara daerah perkotaan dan pedesaan," katanya.
Baca Juga: Facial Detox Untuk Wajah Berminyak dengan Bahan Alami dari Dapur
Baca Juga: Surat Dokter Mutlak Untuk Vaksinasi Covid-19 Bagi Penyandang Autoimun
Banyak orang, sebagian besar adalah wanita, terpaksa merawat orang yang mereka cintai yang menderita demensia tanpa bantuan profesional dalam apa yang disebut "perawatan informal".
"Program dan layanan perawatan harus dikembangkan dan didanai untuk mengurangi beban pengasuhan informal dan mendukung pengasuh dalam tugas penting ini," kata Seeher.
Dalam laporannya, WHO mengatakan biaya global demensia diperkirakan mencapai $1,3 triliun pada 2019.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Payudara Agar Terhindar dari Kanker
Baca Juga: 7 Jenis Protein Pengganti Daging Sapi, Sama Manfaat dan Menyehatkan
"Biayanya diproyeksikan meningkat menjadi $1,7 triliun pada tahun 2030, atau $2,8 triliun jika dikoreksi untuk kenaikan biaya perawatan," katanya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Reuters,who.int |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar