GridHEALTH.id - Ukuran penis sering dianggap sebagai simbol kejantanan seorang pria.
Karenanya tak heran jika mereka yang merasa memiliki ukuran penis kecil sering dibuat tidak percaya diri.
Padahal tidak demikian, sebab faktanya ukuran penis setiap pria memang berbeda-beda dan di sebabkan oleh banyak faktor.
Baca Juga: Sedang Diteliti Apakah Anak Juga Berisiko Mengalami Long Covid-19 Setelah Sembuh
Merujuk pada penelitian yang dilakukan David Vealle bersama para ahli urologi asal Inggris lainnya pada tahun 2014 lalu seperti dikutip dari artikel Gridhealth.id (7/2/2020).
Dimana mereka menggunakan metode pengukuran alat vital pria yang disebut Bone Pressed Erect Length (BPEL) dan Bone Pressed Flaccid Length (BPFL) untuk studinya tersebut.
Metode ini kini menjadi standar dalam pengukuran alat vital pria yang akurat.
Veale melakukan penelitian dengan melibatkan 15.521 pria yang terdiri dari berbagai usia dan ras di Inggris.
Hasil meraka menemukan bahwa rata-rata panjang penis dari seluruh responden yang diteliti adalah 13 cm dan ketebalannya 11,6 cm.
Ukuran ini pun disimpulkan sebagai ukuran penis yang normal.
Lebih lanjut, dilansir Kompas.com dari Medical News Today (8/9/2021), inilah 7 faktor yang memengaruhi ukuran penis.
1. Genetik
Melansir Medical News Today, faktor genetik menentukan penampilan sampai keseharian makhluk hidup, termasuk ukuran penis.
Sebagai informasi, manusia mewarisi dua salinan dari setiap gen orangtuanya.
Beberapa gen tersebut membentuk kromosom.
Manusia memiliki 23 pasang kromosom.
Dari jumlah tersebut, terdapat 22 autosom dan satu pasang kromosom seks. Kromosom seks menentukan jenis kelamin dan karakteristik seksual sekundernya.
Pria akan mewarisi satu kromosom Y dari ayah, dan satu kromososm X dari ibu.
Lantas, kromosom Y akan membawa informasi genetik pertumbuhan alat kelamin dan kesuburan pria, termasuk perkembangan penis dan testis.
Baca Juga: Mengobati SARS, Penyakit Infeksi Menular yang Disebabkan Virus Corona
Sedangkan ahli memperkirakan ukuran penis sampai ketebalannya dipengaruhi kromosom X.
Kromosom X mengandung 900-1.400 gen, sedangkan kromosom Y hanya menampung sekitar 70-200 gen.
Perbedaan ini mungkin menjelaskan mengapa ukuran penis pria bisa berbeda-beda, termasuk antar-saudara kandung.
Selain itu, mutasi genetik juga dapat memengaruhi ukuran sampai bentuk penis. Misalkan pada pengidap sindrom kallmann dan sindrom klinefelter.
2. Hormon
Ukuran penis bukan hanya dipengaruhi faktor genetik. Beberapa hormon juga dapat memengaruhi pertumbuhan penis dan testis.
Selama masa pubertas, kelenjar pituitari akan menghasilkan hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH) lebih banyak.
LH meningkatkan produksi testosteron di testis, sedangkan FSH meningkatkan produksi sperma.
Selain itu, variasi kadar hormon testosteron selama kehamilan dapat memengaruhi pertumbuhan penis di dalam kandungan.
Misalkan, ibu hamil yang tidak dapat menghasilkan hormon human chorionic gonadotrophin (hCG).
Hormon pertumbuhan ini merangsang perkembangan testosteron pada janin.
Dampaknya, bayi yang lahir memiliki ukuran penis sampai bentuk yang tidak berkembang seperti biasanya.
Baca Juga: Berbagai Gejala Infeksi Pada Penis, Salah Satunya Keluar Cairan Putih
3. Paparan bahan kimia berbahaya
Faktor eksternal seperti lingkungan juga dapat memengaruhi ukuran penis. Di antaranya paparan pestisida, plasticizer, dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Paparan bahan kimia dalam jangka panjang dapat memicu mutasi genetik sampai menyebabkan gangguan hormon.
Menurut beberapa studi, paparan bahan kimia yang berdampak pada ukuran penis ini bisa terjadi selama kehamilan atau ketika anak sudah remaja.
4. Nutrisi
Kekurangan gizi saat bayi di dalam kandungan atau anak dalam masa pertumbuhan juga dapat memengaruhi hormon dan tumbuh kembang, termasuk ukuran penis.
Baca Juga: Gunakan Asam Jawa Untuk Atasi Batuk Membandel, Begini Caranya
Selain itu, malnutrisi pada remaja juga dapat menyebabkan pubertas terlambat.
Imbasnya, ukuran penis dan testis biasanya lebih kecil. Perlu diingat-ingat juga, selama ini banyak mitos seputar ukuran penis.
Salah satunya soal masturbasi bisa memperbesar penis. Hal itu keliru dan tak usah dipercaya lagi.
Selain itu, ada beberapa alat vakum, pil, atau krim yang dijual untuk memperbesar penis. Namun, lagi-lagi beberapa upaya tersebut belum terbukti secara ilmiah manfaatnya.
Bahkan, beberapa di antara metode tersebut meningkatkan risiko infeksi, penis bengkak, ruam, sampai disfungsi ereksi.
Salah satu cara memperbesar penis yang sudah terbukti aman dan ampuh secara medis baru operasi.
Biasanya, prosedur ini direkomendasikan untuk pria yang punya masalah mikropenis.(*)
Baca Juga: Dibalik Manfaat Hubungan Intim, Cedera Penis Banyak Terjadi di Inggris Karena Hal Ini
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,Health.grid.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar