GridHEALTH.id - Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut parah adalah bentuk serius dari pneumonia virus yang disebabkan oleh virus corona.
Virus penyebab SARS pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003. Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapkan SARS sebagai ancaman kesehatan global.
Pada tahun 2003, sebuah epidemi menewaskan sekitar 774 orang di seluruh dunia sebelum berhasil dikendalikan.
Masalah pernapasan akan muncul dalam dua hingga 10 hari setelah seseorang terpapar virus.
Petugas kesehatan akan mengkarantina seseorang yang menunjukkan gejala di atas dan anggota keluarga jika memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Orang tersebut akan dikarantina selama 10 hari untuk mencegah penyebaran virus.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko tertular penyakit ini termasuk kontak dekat dengan seseorang yang didiagnosis menderita SARS dan riwayat perjalanan ke negara lain dengan wabah SARS yang dilaporkan.
Baca Juga: Sedang Diteliti Apakah Anak Juga Berisiko Mengalami Long Covid-19 Setelah Sembuh
SARS dapat menyebar ketika orang yang terinfeksi bersin, batuk, atau melakukan kontak tatap muka dengan orang lain.
Kita juga dapat tertular SARS dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi dan kemudian menyentuh mata, mulut, atau hidung.
Penyakit ini juga dapat menyebar melalui udara, tetapi para peneliti belum mengkonfirmasi hal ini.
Berbagai tes laboratorium telah dikembangkan untuk mendeteksi virus SARS. Selama wabah pertama SARS, tidak ada tes laboratorium untuk penyakit ini. Diagnosis dibuat terutama melalui gejala dan riwayat medis.
Kini, tes laboratorium dapat dilakukan pada usap hidung dan tenggorokan atau sampel darah. Rontgen dada atau CT scan juga dapat mengungkapkan tanda-tanda karakteristik pneumonia SARS.
Sebagian besar kematian yang terkait dengan SARS disebabkan oleh kegagalan pernapasan.
SARS juga dapat menyebabkan gagal jantung dan hati. Kelompok yang paling berisiko mengalami komplikasi adalah orang di atas 60 tahun yang telah didiagnosis dengan kondisi kronis lainnya.
Baca Juga: Selalu Ingin Marah Sepanjang Waktu? Kenali 5 Faktor Pemicunya
Baca Juga: Mengenal 4 Fase Unik Menstruasi Agar Terhindar dari Bad Mood
Tidak ada pengobatan yang dikonfirmasi yang bekerja untuk setiap orang yang menderita SARS. Obat antivirus dan steroid terkadang diberikan untuk mengurangi pembengkakan paru-paru, tetapi tidak efektif untuk semua orang.
Oksigen tambahan atau ventilator dapat diresepkan jika perlu. Dalam kasus yang parah, plasma darah dari seseorang yang telah pulih dari SARS juga dapat diberikan. Namun, belum ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa perawatan ini efektif.
Para peneliti saat ini sedang mengerjakan vaksin untuk SARS, tetapi belum ada uji coba pada manusia untuk vaksin potensial apa pun.
Karena tidak ada pengobatan atau penyembuhan yang dikonfirmasi untuk SARS, penting untuk mengambil tindakan pencegahan sebanyak mungkin.
Seperti sering mencuci tangan, memakai masker, bersihkan permukaan yang mungkin telah terkontaminasi virus.
Cuci semua barang pribadi, termasuk tempat tidur dan peralatan, yang digunakan oleh penderita SARS.
Baca Juga: Meski PPKM, Sesekali Perlu Menghirup Udara Segar di Alam Bebas
Baca Juga: Keputihan, Gangguan Organ Reproduksi Paling Sering Muncul Pada Wanita
Baca Juga: Hindarkan Anak-anak dari Aneka Penyakit Infeksi, Begini Caranya
Jauhkan anak-anak dari sekolah jika mereka mengalami demam atau masalah pernapasan setelah melakukan kontak dengan seseorang dengan SARS. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | WHO,Infection Control Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar