GridHEALTH.id - Campak, atau rubeola, adalah infeksi virus yang dimulai pada sistem pernapasan. Ini masih tetap menjadi penyebab kematian yang signifikan di seluruh dunia, meskipun tersedianya vaksin yang aman dan efektif.
Ada sekitar 110.000 kematian global terkait campak pada tahun 2018, sebagian besar pada anak di bawah usia 5 tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kasus campak juga meningkat di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.
Gejala campak umumnya pertama kali muncul dalam 10 hingga 12 hari setelah terpapar virus. Mereka termasuk batuk, demam, pilek, mata merah, sakit tenggorokan dan bintik putih di dalam mulut.
Ruam kulit yang meluas adalah tanda klasik campak. Ruam ini bisa bertahan hingga 7 hari dan umumnya muncul dalam 14 hari setelah terpapar virus. Ini biasanya berkembang di kepala dan perlahan menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Campak disebabkan oleh infeksi virus dari keluarga paramyxovirus. Virus adalah mikroba parasit kecil. Setelah Anda terinfeksi, virus menyerang sel inang dan menggunakan komponen seluler untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
Virus campak menginfeksi saluran pernapasan terlebih dahulu. Namun, akhirnya menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui aliran darah.
Baca Juga: Gejala Campak Pada Anak, Ini yang Perlu Diketahui Orangtua
Baca Juga: Jika Ingin Mencegah Obesitas, Hindari Makan dengan Porsi Besar
Campak hanya diketahui terjadi pada manusia dan tidak pada hewan lain. Ada 24 jenis genetik campak yang diketahui, meski saat ini hanya 6 yang beredar.
Campak dapat menyebar melalui udara dari droplet pernapasan dan partikel aerosol kecil. Orang yang terinfeksi dapat melepaskan virus ke udara ketika mereka batuk atau bersin.
Partikel pernapasan ini juga dapat menempel pada benda dan permukaan. Kita dapat terinfeksi jika bersentuhan dengan benda yang terkontaminasi, seperti gagang pintu, dan kemudian menyentuh wajah, hidung, atau mulut.
Virus campak dapat hidup di luar tubuh lebih lama dari yang dikira. Faktanya, itu dapat tetap menular di udara atau di permukaan hingga dua jam.
Campak sangat menular. Ini berarti bahwa infeksi dapat menyebar dengan sangat mudah dari orang ke orang.
Seseorang yang rentan yang terkena virus campak memiliki peluang 90$ untuk terinfeksi. Selain itu, orang yang terinfeksi dapat terus menyebarkan virus ke mana saja antara 9 dan 18 individu yang rentan.
Seseorang yang menderita campak dapat menyebarkan virus ke orang lain bahkan sebelum mereka tahu bahwa mereka memilikinya.
Orang yang terinfeksi menularkan selama empat hari sebelum ruam khas muncul. Setelah ruam muncul, mereka masih menular selama empat hari.
Baca Juga: Deteksi Dini Kanker Prostat, Kanker Paling Sering Dialami Pria
Baca Juga: Pengobatan Rumahan Daun Kemangi Untuk Atasi Gangguan Pencernaan
Faktor risiko utama untuk tertular campak adalah tidak divaksinasi. Selain itu, beberapa kelompok berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi akibat infeksi campak, termasuk anak kecil, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, dan wanita hamil.
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Tidak seperti infeksi bakteri, infeksi virus tidak sensitif terhadap antibiotik. Virus dan gejala biasanya hilang dalam waktu sekitar dua atau tiga minggu.
Dikutip dari laman Infection Contol Today, ada beberapa intervensi medis bagi mereka yang telah terpapar virus. Ini dapat membantu mencegah infeksi atau mengurangi keparahannya. Tindakannya adalah;
- Pemberian vaksin campak, diberikan dalam 72 jam setelah terpapar
- Pemberian dosis protein kekebalan yang disebut imunoglobulin, diambil dalam waktu enam hari setelah terpapar
- Untuk mengatasi demam, dokter mungkin akan memberikan acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil).
- Istirahat dan tidur membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Baca Juga: Pneumonia, Penyakit Infeksi Paru-paru Bisa Dicegah, Ini Caranya
- Minum banyak cairan untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan
- Pemberian supleman vitamin A untuk meningkatkan imunitas tubuh (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | WHO,Infection Control Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar