GridHEALTH.id - Diabetes pada kehamilan dampaknya menyeramkan.
Bayi yang dikandung ibu bisa cacat. Juga diabetes bisa menetap pada diri ibu selamnya.
Karenanya semua ibu harus waspada terhadap diabetes pada kehamilan.
Diabetes pada kehamilan selalu menghantui setiap ibu hamil. Jika tidak pandai mengontrol diri, ibu bisa mengidapnya.
Penting diketahui, diabetes yang muncul saat kehamilan atau disebut diabetes semasa kehamilan, bahasa medisnya gestational diabetic, terjadi karena saat hamil kebutuhan karbohidrat meningkat.
Itu terjadi karena hormon insulin dalam tubuh tak mencukupi untuk mengubah karbohidrat tersebut menjadi gula.
Maka terjadilah penimbunan kadar gula yang tinggi dalam darah.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Pertama Muncul di Amerika Serikat Bukan di Wuhan
Dampak Diabetes Pada Kehamilan
Diabetesmelitus gestasional terjadi di usia kehamilan 24 minggu.
Sebagian ibu yang mengalami diabetes saat hamil kembali normal setelah melahirkan.
Diabetes mellitus gestasional ini, melansir Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Bagian Bagian Ilmu Kandungan yang ditulis oleh Anita Rahayu dan Rodiani, dengan judul 'Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi Makrosomia', disebutkan menjadi masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin.
Baca Juga: Gejala Cacar Api Mirip Chickenpox, Terjadi Ruam dan Lepuh di Kulit
Diabetes melitus gestasional merupakan faktor risiko yang penting dalam perkembangan makrosomia fetus, karena saat kehamailan terjadi perubahan hormonal dan metabolik yang ditandai dengan peningkatan dari kadar glukosa dalam darah dan meningkatnya hormon esterogen dan hormon progestin, mengakibatkan keadaan jumlah atau fungsi insulin ibu hamil tidak optimal.
Sehingga terjadi resistensi terhadap efek insulin, mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi. Sehingga terjadilah diabetes gestasional.
Keadaan ini dapat berdampak pada janin yaitu menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus, sehingga bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes mellitus gestasional ini berisiko tinggi untuk terkena makrosomia.
Makrosomia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan fetus atau bayi dengan ukuran lebih besar dari ukuran normal, yaitu berat badan lahir lebih dari 4000 gram.
Jadi diabetes pada kehamilan juga sejak sebelum hamil (pregestational diabetic), berdampak pada kelahiran bayi di atas 4.000 gram (giant baby atau bayi besar).
Baca Juga: Berdampak pada Kognitif, Anak Diabetes Bisa Berprestasi dengan Dibantu 3 Makanan Sehat Ini
Insidens bayi makrosomia sekitar 5% dari semua kelahiran. Faktor-faktor yang berhubungan dengan makrosomia pada fetus antaranya; obesitas, diabetes melitus gestasional, dan diabetes melitus tipe 2.
Selain itu, mengutip Tabloid nakita, bila kadar gula tak terkontrol dapat menyebabkan bayi meninggal di kandungan, terutama kerap terjadi di usia kehamilan 34-36 minggu.
Juga menimbulkan cacat multipel organ pada bayi, seperti tak ada tempurung kepala, tak tertutupnya sumsum tulang belakang, tak ada lubang dubur, kelainan jantung, ginjal, dan saraf.
Komplikasi pun bisa terjadi seperti hidramnion, cairan ketuban yang banyak atau kelainan ginjal.
Saat persalinan, bisa terjadi distosia (persalinan macet), rasa mulasnya bagus tapi pembukaannya tak maju-maju dan kepala bayi pun tak turun.
Baca Juga: Diabetes Autoimun Laten Pada Orang Dewasa (LADA), Apakah itu?
Tak jarang pula, ibu juga muntah hingga terjadi penurunan kadar gula. Akibatnya, si ibu tak punya tenaga untuk mengedan.
Masalah lain, rahim tak berkontraksi dengan baik. Atau setelah plasentanya keluar, rahim tak bisa mengecil lagi.
Gejala dan Penangananan Diabetes pada Kehamilan
Diabetes pada kehamilan datang dengan diawali gejala terlebih dahulu.
Gejala Yang paling khas dan harus diwaspadai adalah 3P: polyphogie (banyak makan), polyurie (banyak kencing), dan polydipsie (banyak minum).
Untuk penanganannya sendiri, jika awalnya ibu penyandang diabetes sebelum hamil dan selama ini rutin mengonsumsi obat, begitu tahu hamil harus berhenti minum obat oral dan diganti dengan suntikan.
Baca Juga: Setiap Tahun Polusi Udara Membunuh 7 Juta Manusia, WHO Beri Peringatan
Soalnya, sebagian besar obat-obatan oral tersebut bersifat teratogenik yang bisa menimbulkan kelainan pada pertumbuhan janin.
Sementara yang diabetesnya dipicu oleh kehamilan, harus menjalani diet khusus selama beberapa waktu tertentu, diikuti pemeriksaan kadar gula darah kembali.
Jika dengan diet tersebut kadar gula darahnya jadi normal atau mengalami penurunan bahkan terkontrol, tak perlu diberi insulin sampai kehamilan mencapai usia yang siap dilahirkan. Lain hal jika kadar gula tak turun, ya, harus diberi insulin.
Bukan berarti yang diabetesnya sudah diidap sejak sebelum hamil tak perlu diet.
Bagaimanapun, untuk menekan laju pertambahan BB ibu maupun janinnya, sepanjang kehamilannya perlu diet khusus.
Baca Juga: Sekitar 99% Kematian Covid-19 Terjadi Pada Orang yang Tidak Divaksin, WHO
Baik jenis makanan (hindari/batasi asupan makanan yang manis-manis seperti sirop, kue-kue, es krim, atau jenis makanan lain yang kadar glukosanya tinggi) maupun jumlah kalorinya.
Karena itulah, selain memeriksakan diri secara teratur ke dokter kandungan, ibu juga disarankan berkonsultasi ke ahli gizi.(*)
Source | : | Tabloid Nakita,Jurnal Kedokteran Universitas Lampung - Diabetes Gestasional |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar