"Saat ini tidak ada cara untuk mengetahui kelompok mana seseorang akan masuk. Perlu diingat bahwa obat lain, deksametason, ditemukan menyelamatkan sekitar sepertiga dari orang yang akan meninggal dengan Covid-19 yang parah, tetapi pengenalan klinisnya tidak mencegah hampir 100.000 kematian di Inggris dalam dua belas bulan terakhir."
Clarke pun menegaskan, “Masih belum ada “obat” untuk covid. Tetap menjadi garis pertahanan pertama yang terbaik melawan penyakit ini adalah tidak terinfeksi sejak awal, dan mendapatkan vaksinasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mendukung hal ini.
"Obat-obatan seperti molnupiravir mungkin paling berguna dalam kasus di mana vaksin tidak bekerja sebaik yang diharapkan.”
Masih Dalam Tahap Uji Coba
Baca Juga: Melacak Body Battery Lewat Fitur Jam Tangan Untuk Pahami Kondisi Tubuh
Sedangakan menurut penjelasan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, yang dikutip dari kominfo.go.id (3/9/2021), disebutkan obat antiviral Molnupiravir saat ini masih dalam tahap uji coba.
Pengujian dilakukan karena obat ini dapat bekerja melawan virus yang hampir sama dengan virus Covid-19.
Pemerintah melalui PT. Kimia Farma Tbk, menargetkan proses uji klinis antigen Molnupiravir selesai pada Oktober 2021.
Sampai saat ini belum ada konfirmasi khusus tentang hasil uji fase ketiga dari obat tersebut.
Selain itu, saat ini Pemerintah masih ingin memastikan kesiapan anggota Holding BUMN Farmasi itu untuk memproduksi obat-obatan terapi Covid-19 yang dalam hal ini termasuk obat Molnupiravir.(*)
Baca Juga: Inilah Sederet Manfaat Pepaya Bagi Kesehatan, Melancarkan Pencernaan hingga Jaga Kesehatan Kulit
Source | : | Reuters - molnupiravir,Sciencemediacentre - molnupiravir,NCBI - molnupiravir,Kominfo - molnupiravir |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar