GridHEALTH.id - Tahu kah, jarak yang sehat untuk dapat hamil kembali adalah 2 tahun pasca persalinan.
Waktu dan jarak kehamilan yang sangat dekat atau kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan bayi.
Untuk itu ibu perlu KBPP (KB Pasca Persalinan). Ini adalah penggunaan metode kontrasepsi segera setalah melahirkan sampai dengan 42 hari setelah melahirkan dengan tujuan dapat mengatur jarak kelahiran anak, meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan angka harapan hidup Ibu dan anak.
Tapi metode kontrasepsi apa yang cocok untuk ber KB pada ibu menyusui?
Nah, inilah yang banyak ditanyakan dan dikhawatirkan oleh perempuan.
Untuk bisa menemukan alat kontrasepsi yang cocok selama masa menyusui, pahami dulu ketujuh kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui, seperti dipaparkan oleh
Dokter Muda Jessie Meryani yang dipublikasikan di laman SKATA yang dikelola oleh Johns Hopkins Center dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (25/9/2021).
1. Suntikan
Kontrasepsi dengan suntikan memiliki dua jenis, yaitu suntikan satu bulan sekali yang berisi hormon estrogen dan progesteron, dan suntikan tiga bulan sekali yang berisi hormon progesteron.
Baca Juga: Singapura Mulai Hidup Berdampingan Dengan Covid-19, Pembatasan Sudah DIbuka
Ibu menyusui dianjurkan memilih jenis suntikan 3 bulan sekali agar produksi ASI-nya tidak terganggu.
Pemakaian KB suntikan ini bisa dimulai 1-2 hari setelah melahirkan atau keguguran.
Meski tidak selalu, kontrasepsi yang mengandung hormon progesteron bisa mendorong terjadinya kegemukan.
Namun, sekali lagi, kegemukan tidak selalu terjadi. Yang terpenting, keluhan yang muncul akibat penggunaan kontrasepsi suntikan sebaiknya dikonsultasikan pada dokter.
2. Mini Pil
Pemakaian KB ini bisa dilakukan 1 atau 2 hari setelah kelahiran atau keguguran.
Mini pil mengandung hormon progesteron yang harus dikonsumsi setiap hari. Penggunaannya perlu diperhatikan secara saksama karena kerap terjadi kesalahpahaman.
Misalnya, ibu absen minum pil kontrasepsi selama tidak bertemu dengan suami untuk beberapa hari, lalu mulai minum pil lagi setelah suami pulang.
Asal tahu saja, cara kerja mini pil tidaklah berlangsung seketika. Konsumsi yang tidak teratur mengakibatkan kadar hormonnya tidak mampu menekan tingkat kesuburan dan membuka peluang bagi ibu untuk hamil jika melakukan hubungan seks.
Lantaran itulah, mini pil cocok untuk yang memiliki disiplin dalam mengonsumsi obat dan tidak pelupa.
Selama apa ibu mesti minum pil KB? Selama tidak mau hamil, selama itu pula ibu perlu mengonsumsi mini pil ini. Namun, ibu yang memiliki bobot berlebih sebaiknya tidak memilih kontrasepsi dengan kandungan hormon.
Baca Juga: 8 Komplikasi Hiperglikemia Pada Penyandang Diabetes Tidak Diobati
3. Kondom
Pemakaian kondom oleh suami merupakan kontribusi nyata dalam pelaksanaan KB.
Pemakaian dilakukan setiap setiap kali berhubungan seks sebelum penetrasi dilakukan. C
aranya sangat mudah dan tentunya tidak berpengaruh pada produksi ASI.
Kondom dipasang pada penis begitu terjadi ereksi.
Ingat, kondom yang dipakai tidak boleh melebihi masa kedaluwarsa, kondom (sekalipun masih di dalam kemasan) tidak boleh terekspos sinar matahari, tidak boleh bocor, dan hanya untuk dipakai sekali saja.
4. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Baca Juga: Efek Samping Vaksin Covid-19 Zifivax, IDI; Ada Keterbatasan Dalam Efektivitasnya
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayi.
Metode ini sangat ekonomis, tidak perlu biaya dan aman untuk digunakan, namun hanya efektif sampai 6 bulan pertama setelah melahirkan.
Dan ada 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu: * Ibu harus menyusui bayi secara ekslusif (minimal 8x sehari, dengan jarak menyusui lebih kurang 4jam), * bayi harus berusia kurang dari 6 bulan, dan * ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi setelah persalinan.
Keuntungan lainnya dari metode ini adalah dapat meningkatkan proses menyusui dan dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.
5. Implan atau Susuk (hormonal)
Metode kontrasepsi implan merupakan kapsul batang kecil yang mengandung hormon progestin, dipasang dibawah kulit dan efektif selama 3 – 5 tahun, tergantung dengan jenis implan yang dipasang.
Baca Juga: 7 Jenis Hepatitis dan Pengobatannya, Ada yang Sembuh Sendiri Hingga Harus Cangkok Hati
Kontrasepsi ini tidak mengganggu ASI dan pengembalian tingkat kesuburan sangat cepat setelah pencabutan implan.
Efek samping yang mungkin dapat muncul adalah perubahan haid bulanan, sakit kepala, nyeri perut dan rasa tidak nyaman pada payudara.
Metode kontrasepsi ini membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan implan tersebut maka dari itu, jika ibu ingin menghentikan pemakaian kontrasepsi ini maka harus pergi ke klinik untuk pencabutan implan.
Waktu pemasangan implan minimal 4 minggu pasca persalinan.
6. IUD Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Baca Juga: Dampak Preeklamsia yang Bisa Mengancam Keselamatan Ibu dan Bayi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau lebih dikenal sebagai IUD merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman, efektif, penggunaannya bisa digunakan dalam jangka panjang, dan dipasang dalam rahim untuk menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan.
Alat ini terdiri dari bahan plastik pelietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.
Tembaga pada IUD menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik pada sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.
Idealnya IUD dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir pada persalinan normal, dan langsung pasang waktu operasi pada persalinan caesar.
Untuk pasca persalinan, IUD dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan atau 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan.
Baca Juga: Inilah 7 Cara Mengatasi GERD Secara Alami, Tanpa Menggunakan Obat
Pemasangan kontrasepsi IUD lebih dari 48 jam - 4 minggu pasca persalinan tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko perforasi dan ekspulsi dari uterus.
Metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang tinggi yaitu 99,2 – 99,4%, tidak memiliki efek samping hormonal, tidak mempengaruhi ASI dan tidak mempengaruhi hubungan seksual.
7. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap bersifat permanen dan metode kontrasepsi ini sebaiknya dipilih apabila memang tidak ingin menginginkan anak lagi. Ada 2 metode kontrasepso mantap;
a. Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW)
Baca Juga: 4 Rekomendasi Menu Makanan Harian untuk Anak Penderita Diabetes
Adalah metode kontrasepsi mantap bagi wanita yang tidak ingin hamil lagi dengan cara mengikat dan memotong atau memasang cincin pada tuba falopi sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum secara permanen.
Idealnya dilakukan 48 jam pasca persalinan atau dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi caessar. Jika tidak dilakukan segera maka dapat dikerjakan 1 minggu setelah persalinan.
b. Vasektomi (Metode Operasi Pria/ MOP)
Adalah sebuah prosedur klinik untuk menghentikan kesuburan pria secara permanen dengan cara mengoklusi vasa deferensia dari seorang pria sehingga alur transportasi dari sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak dapat terjadi. Berbeda dengan tubektomi, metode kontrasepsi ini efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.(*)
Baca Juga: Batas Aman Konsumsi Susu Kental Manis Sesuai Rekomendasi Dokter
Source | : | SKATA - BKKBN - Johns Hopkins Center |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar