GridHEALTH.id - Banyak faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
Pastinya kematian dalam kandungan alias stillbirth adalah kondisi di mana janin meninggal dalam kandungan setelah kehamilan berusia di atas 28 minggu.
Kebanyakan kasus janin yang meninggal dalam kandungan terjadi di masa kehamilan atau bisa juga saat proses persalinan berlangsung, meski persentasenya kecil.
Baca Juga: Pepaya, Buah Terbaik Teman Diabetes Untuk Kontrol Gula Darah
Karenanya, segera periksakan ke dokter bila ibu merasakan tak ada gerakan janin sama sekali, gerakan janin sangat hebat atau malah semakin pelan/melemah sebelum akhirnya diam sama sekali.
Hal ini menandakan janin mengalami kegawatan akibat gangguan transportasi oksigen dari si ibu.
Karenanya selama kehamilan ibu wajib selalu memantau gerakan janinnya.
Gawat janin juga bisa terdeteksi melalui denyut jantung janin (DJJ) yang tak normal, yakni bila DJJ 180 denyut per menit atau 100 denyut per menit.
Maupun bila terdapat gangguan irama jantung janin, yaitu bila dengan alat doppler terdengar bunyi aneh yang tak sesuai pola irama semestinya.
Jika mendapati hal itu dokter akan segera melakukan pertolongan kegawatan janin dalam kandungan, di antaranya resusitasi intrauterin dengan meminta si ibu berbaring miring ke kiri dan pemberian oksigen maupun obat pereda kontraksi.
Baca Juga: Tragis, Suntikan Vaksin Covid-19 Pertama dan Kedua Berbeda, Pria 39 Tahun Meninggal
Selama 2 jam, ibu dan janin akan diobservasi terus.
Bila tak ada perubahan positif, biasanya dokter akan mempertimbangkan janin dilahirkan lewat bedah sesar, karena bila dibiarkan akan berakhir dengan kematian janin dalam kandungan.
Untuk penyebab kematian janin dalam kandungan, sebenarnya tidak ada yang tahu penyebab pastinya.
Tapi dari beberapa kasus yang terjadi, melansir RS Ibu dan Anak Puri Bunda, kondisi ini mungkin disebabkan oleh:
* Masalah plasenta.
Sebagian kasus janin meninggal dalam kandungan kerap dikaitkan dengan plasenta yang tidak bekerja dengan benar.
Baca Juga: Mengenal 2 Alat Bantu Melahirkan Normal, Vakum dan Forsep, Jangan Percaya Mitos
Plasenta merupakan organ yang menyalurkan asupan-asupan penting yang dibutuhkan janin selagi di dalam kandungan seperti aliran darah, oksigen, dan nutrisi.
Jika organ ini mengalami gangguan, perkembangan janin dapat terhambat dan mungkin bisa menjadi penyebab ia meninggal di dalam kandungan.
* Penyakit yang diderita oleh ibu hamil
Ibu mungkin bisa mengalami hal ini jika selagi hamil menderita masalah kesehatan tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, terutama yang tidak dikontrol dengan baik.
Sebagai contoh, jika menderita tekanan darah tinggi dan tidak terkontrol, maka kondisi itu bisa memicu “preeklampsia”.
Baca Juga: Manfaat Wortel untuk Kulit Wajah, Salah Satunya Sebagai Perawatan Alami Kulit Kering dan Berminyak
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko melahirkan bayi yang sudah meninggal.
* Infeksi
Jenis infeksi yang paling sering menyebabkan janin meninggal dalam kandungan adalah infeksi bakteri.
Jika terinfeksi bakteri, maka kuman tersebut bisa berjalan dari vagina ke rahim lalu menginfeksi janin.
Infeksi bakteri yang terjadi antara 24 dan 27 minggu kehamilan dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan.
* Tali pusar tidak normal
Baca Juga: Kulit Kemerahan dan Diare, Tanda Bayi Alergi Susu Sapi
Contoh tali pusar yang tidak normal yaitu tali pusar yang melilit di leher bayi atau terpuntir.
Kondisi ini bisa memotong pasokan oksigen ke bayi.
* Cacat Lahir
Gangguan kromosom bisa menyebabkan birth defect atau dikenal dengan istilah cacat lahir (struktur tubuh janin yang tidak normal atau mengalami cacat berat).
Selain itu, cacat lahir juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, genetik, atau hal lain yang tidak diketahui dengan jelas.
Selain kondisi di atas, terdapat faktor yang bisa meningkatkan risiko mengalami stillbirth, salah satunya adalah jika hamil di atas usia 35 tahun.
Baca Juga: 4 Tahap yang Harus Ibu Lakukan Supaya Cepat Pulih Setelah Melahirkan
Untuk mencegah kematian janin dalam kandungan alias stillbirth, ibu baiknya melakukan hal berikut ini;
* Menjalani gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, terbebas dari asap rokok, minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang.
* Pastikan memiliki berat badan yang sehat sebelum merencanakan kehamilan.
* Cobalah untuk memerhatikan pergerakan janin dimulai pada minggu ke-26 hingga ke-28 masa kehamilan.
Catat seberapa sering janin bergerak tiap harinya.
Mengetahui ritme pergerakan janin bisa memudahkan untuk mendeteksi atau sedikit waspada jika tiba-tiba janin tidak bergerak begitu aktif seperti biasanya.
Baca Juga: Risiko Kebutaan Pada Penyandang Diabetes, Ini Yang Harus Dilakukan
* Rutinlah memeriksakan kandungan ke dokter. Selagi memeriksakan kandungan, beri tahu dokter segala keluhan yang kamu alami.
* Jika sudah melakukan pencegahan dan tetap mengalami kondisi ini, maka janin yang sudah tak bernyawa harus tetap dilahirkan.
Janin bisa dilahirkan hingga menunggu waktunya tiba atau mempercepatnya dengan melakukan induksi.
Jalan operasi sesar mungkin bisa ditempuh jika kesehatan ibu terancam. Meski begitu, proses melahirkan lewat jalur ini jarang dilakukan.(*)
Baca Juga: Inilah Cara Mengejan yang Benar Untuk Panduan dan Latihan Sebelum Persalinan Tiba
Source | : | Buku nakita Perkembangan Janin,RS Ibu dan Anak Puri Bunda - Stillbirth |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar