Hukum ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan menyelamatkan bayi. Melainkan dilatarbelakangi oleh adat Romawi yang tidak memperbolehkan penguburan wanita yang sedang hamil.
Nah, selama zaman Romawi dan selama beberapa ratus tahun sesudahnya, operasi caesar bukanlah sesuatu metode untuk melematkan nyawa manusia, ibu dan bayi.
Apalagi dari fakta sejarah diketahui selama kurun waktu ibu yang menjelani operasi sesar pada dasarnya adalah upaya terakhir untuk mengeluarkan bayi dari ibu yang sekarat.
Bahkan jika sang ibu masih hidup, setelah sayatan di perutnya dibuat, tidak ada harapan untuk menyelamatkannya.
Jika seseorang memiliki keterampilan anatomi untuk menyatukannya kembali, dia hampir pasti akan mati karena infeksi. Prospek untuk bayi itu tidak jauh lebih baik. Catatan sejarah menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar jarang hidup apalagi sehat. Kemungkinan besar meninggal karena kekurangan oksigen yang berkepanjangan.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Booster Untuk Masyarakat, Ini Pertimbangannya dan Renca Pelaksanaannya
Pada periode renaisans, pengetahuan kedokteran dan ilmu pengetahuan sudah lebih maju, sifat operasi sesar mulai mengalami transformasi drastis.
Penulisan cerita tentang operasi sesar yang berhasil selamat oleh ibu dan anak mulai muncul dalam catatan sejarah sekitar tahun 1500-an.
Pada awal 1600-an deskripsi prosedur mulai muncul dalam teks-teks medis dan buku-buku kebidanan, yang pertama kali menciptakan istilah C-section sebagai lawan dari prosedur Caesar.
Terlepas dari nama deskriptif baru dan peningkatan perhatian, operasi sesar terus menjadi proposisi yang berbahaya dan sering mengancam kehidupan hingga akhir abad ke-19.
Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, Ternyata Diabetes Sampai Ada 12 Jenis
Source | : | Birth Injury Help Center - Sejarah,ANZJOG - sejarah |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar