GridHEALTH.id - Kabar gembira bagi dunia ilmiah Indonesia. Baru-baru ini peneliti muda asal Malang, Jawa Timur sukses melakukan penelitian kandidat vaksin Covid-19 yang kompatibel dengan Indonesia.
Kandidat vaksin tersebut mengandung dua komponen dasar, yaitu nanobodi – antibodi dari hewan alpaka – dan bagian dari paku protein virus SASR-CoV-2 yang berfungsi mengikat reseptor pada sel manusia.
Dalam penelitiannya lulusan SMA di Singosari, Malang, Jawa Timur, menggunakan sekuens asli dari paku protein SARS-CoV-2 Wuhan.
Dari hasil penelitian arek Malang ini yang pernah sekolah kedokteran, tapi putus ditengah jalan, kandidat vaksin hasil penelitiannya ini lebih murah dan mudah untuk diproduksi, serta gampang untuk didistribusikan di Indonesia, karena tidak perlu lemari ekstra dingin untuk penyimpanannya.
Baca Juga: Pertimbangkan Risiko Hamil Terlalu Cepat Setelah Operasi Caesar
Hasil penelitian Novalia Pishesha ini telah terbit di jurnal ilmiah jurnal PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America), pada awal November, tentang kandidat vaksin COVID-19 berbasis protein yang ia kembangkan, yang menyasar langsung sel-sel penyaji antigen (antigen-presenting cells/APCs).
Dalam penelitiannya bersama tim Nova, begitu ia biasa disapa, mengujicobakan vaksin itu terhadap tikus muda dan tua.
Hasilnya, metode itu memicu kekebalan tubuh tikus terhadap SARS-CoV-2 – virus penyebab COVID-19 – dan variannya.
“Kandidat vaksin ini 100% efektif, karena semua tikus – jika Anda lihat datanya – terlindungi,” ujar Nova di kantornya, di Boston Children’s Hospital, Massachusetts, dikutip dari VOA (16/11/2021).
Baca Juga: Inilah Risiko Diabetes Pada Wanita Hamil dan Janin yang Dikandungnya
Nova sendiri saat ini adalah junior fellow atau peneliti junior di Society of Fellows, Universitas Harvard.
Mengenai penelitian vaksin Covid-19 tersebut, Nova mulai memimpin penelitian bersama koleganya, Hidde Ploegh dan Thibault J. Harmand, pada April 2020, sebulan setelah pengumuman status pandemi COVID-19 oleh WHO.
Baca Juga: Studi di Indonesia, Orang yang Sudah Divaksin dan Penyintas Covid-19 Malah Taat Menjalankan Prokes
Saat itu dirinya mempunyai idea untuk menggunakan teknologi nanobodi, yang sebelumnya ia kembangkan untuk pengobatan penyakit autoimun.
Vaksin Hasil Penelitian Nova Efektif untuk Berbagai Varian Virus Corona
Kandidat vaksin yang diteliti Nova bersama timnya ampuh menghadapi berbagai varian virus corona, termasuk varian Afrika Selatan (C.1.2) yang sempat merebak ke berbagai negara.
Memang, kandidat vaksinnya itu belum diujinya dengan varian Delta.
Tapi Nova optimistis vaksinnya ampuh menghadapi varian tersebut.
“Sebenarnya, modifikasi dalam hal merekayasa ulang komponen vaksin tidak terlalu sulit, jadi saya rasa kami bisa merakayasa ulang sebagian vaksin dengan varian terbaru,” ungkapnya.
“Dan bahwasanya vaksin kami memicu respons imun yang sangat, sangat kuat – ditambah dengan respons T-cell di area (domain pengikat reseptor/RBD) yang terkonservasi – saya rasa kami cukup yakin vaksin ini bahkan memberikan perlindungan terhadap varian Delta.”
Baca Juga: MRSA, Infeksi Akibat Bakteri yang Semakin Resisten Terhadap Antibiotik
Kelebihan Kandidat Vaksin Hasil Penelitian Nova
Vaksin berbasis protein yang ia kembangkan memiliki sejumlah kelebihan dibanding vaksin-vaksin COVID-19 lain yang sudah beredar.
“Karena (vaksin) ini kan protein-based, jadi lebih mudah untuk dibuat, untuk didistribusikan juga sangat mudah, karena kalau misalnya (vaksin) mRNA kan harus (disimpan pada suhu) dingin, terus vaksin yang lain juga harus dingin. Kalau yang ini bisa dikeringkan, jadi dilyophilized (pengeringan beku, red.), jadi bisa ringan juga untuk ditransfer ke mana-mana. Ditinggal di suhu ruangan satu-dua minggu juga nggak apa-apa,” jelasnya.
Sebelum uji klinis terhadap manusia, tahap berikutnya adalah pengujian terhadap primata nonmanusia, dalam hal ini monyet.
Baca Juga: Kunci Pengobatan Herpes Zooster, Efektif Jika Dilakukan Saat Seperti Ini
Nova yang merupakan Doktor lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu berharap dapat melakukannya di Indonesia.
Pasalnya, ia sengaja mengembangkan vaksin berbasis protein agar mudah diproduksi di Indonesia, yang sudah memiliki teknologi mapan untuk memanufaktur vaksin-vaksin berbasis protein.
“Saya harap vaksin ini nantinya bisa digunakan di Indonesia. Saya pikir sesuai rencana, pada intinya saya ingin menggunakan teknologi yang memang kapasitas manufakturnya sudah ada di sana. Itu sebabnya saya tidak begitu ingin meneliti (vaksin) mRNA, karena butuh waktu beberapa tahun untuk membangun kapasitas manufakturnya hingga berada pada skala yang diperlukan, karena di Amerika pun teknologi itu masih sangat baru,” bebernya penuh harap.
Tanggapan Pemerintah Indonesia Setelah Tahu Ada Kandidat Vaksin Baru Hasil Karaya Anak Bangsa
Baca Juga: Pilihan Tepat Pengobatan Kanker Prostat, di Indonesia Bisa Dilakukan
Setelah mengetahui adanya vaksin Covid-19 baru yang kompatibel dengan Indonesia, saat di wawancara dengan VOA, Juru bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyambut baik penemuan kandidat baru vaksin COVID-19 oleh Nova dan tim.
“Transfer teknologinya pasti akan jauh lebih mudah ya, dibandingkan tentunya transfer teknologi yang mungkin lead researcher-nya bukan orang Indonesia. Jadi, menurut saya, Indonesia harus betul-betul mendukung, mensupport hal ini,” ungkap Nadia (29/10).
“Ini bisa menjadi salah satu peluang bagi BUMN untuk mengadopsi studi yang dilakukan oleh diaspora Indonesia, yang ke depannya akan memberikan peluang kepada Indonesia untuk bisa kemudian memproduksi vaksin.”
Baca Juga: Pilihan Tepat Pengobatan Kanker Prostat, di Indonesia Bisa Dilakukan
Ternyata Nova telah bertemu dengan Kemenkes Budi Guna Sadikin, saat beliau melakukan kunjungan ke AS awal Oktober lalu.
Belum ada keterangan lebih jauh tentang rencana pemerintah dalam menanggapi penemuan kandidat vaksin COVID-19 oleh Nova dan timnya.
“Saya rasa sih, kalau kemarin Pak Menteri sudah ketemu dengan Nova pasti akan ada tindak lanjutnya ya,” jelas Nadia.
Memang masih butuh waktu berbulan-bulan bagi vaksin Nova dan timnya untuk dapat diproduksi massal.
itupun harus lolos tahap uji klinis dan mendapat persetujuan otoritas terkait.
Nadia memandang vaksin temuan Nova dapat digunakan sebagai penguat alias booster pada masa depan, mengingat – menurutnya – vaksinasi COVID-19 mungkin akan menjadi rutinitas tahunan yang perlu dilakukan masyarakat, seperti vaksinasi flu di AS.(*)
Baca Juga: Ada Gumpalan Darah saat Haid, Apakah Berbahaya? Ini Kata Dokter
Source | : | VOA-vaksin |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar