GridHEALTH.id - Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kini masyarakat semakin abai terhadap protokol kesehatan (prokes).
Dengan kondisi ini sepertinya Luhut kecewa, sebab semakin banyak masyarakat abai Prokes, bisa memicu lonjakan kasus Covid-19 di masa Natal dan tahun baru (Nataru) nanti.
Karenanya dalam menyambut Nataru 2021, pemerintah akan melakukan pengetatan.
Menurutnya pemerintah punya opsi untuk melarang acara perayaan tahun baru, yang berpotensi menimbulkan kerumunan, imbasnya pada lonjakan kasus Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Luhut dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/11/2021).
Selain itu, pemerintah akan berkoordinasi dan melakukan pengetatan penggunaan aplikasi PeduliLindungi dan protokol kesehatan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Masyarakat Hati-hati Adanya Vaksin Covid-19 Kedaluwarsa
Kemudian, pemerintah juga terus menggenjot percepatan vaksinasi Covid-19.
Terutama vaksinasi lansia di wilayah yang tingkat vaksinasi umum dan lansia nya masih di bawah 50 persen.
Tak kalah pentingnya pemerintah akan terus memperkuat pelaksanaan testing dan tracing oleh TNI/Polri dan penemuan kasus aktif, serta memasukkan pasien yang positif ke karantina terpusat untuk mencegah penyebaran di level keluarga.
"Kesuksesan dalam menahan kenaikan kasus Covid19 pada periode Nataru 2021, akan menentukan keberlanjutan pemulihan ekonomi kita ke depan," lanjutnya.
Baca Juga: Demam Semak Bisa Sebabkan Kegagalan Organ, Kenali 7 Gejalanya
Karenanya Luhut ingatkan masyarakat untuk tetap hati-hati menghadapi Nataru.
Dikatakannya, saat ini indikator Google Mobility yang memantau pergerakan masyarakat di Jawa-Bali menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan di atas periode Nataru tahun lalu dan mendekati posisi periode Idul Fitri pada Mei-Juni 2021.
Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan.
Pemerintah tidak ingin kejadian lonjakan kasus Covid-19 pada pertengahan 2021 kembali terulang.
Baca Juga: Premenstrual Dysphoric Disorder, Kondisi yang Lebih Parah dari PMS
"Di kesempatan ini, di tengah angka peningkatan kasus di Eropa dan beberapa negara lain yang terus tinggi, saya kembali mengajak kita semuanya untuk tidak egois dan saling berbesar hati agar kita sama-sama bisa menaati kembali protokol kesehatan agar kita tidak kembali mengulang pengalaman buruk pada masa yang lalu akibat kelalaian kita sendiri," jelasnya.
Berbicara mengenai banyak masyarakat yang abai prokes, seperti yang diutarakan Luhut, ternyata menurut survei yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) di 24 provinsi ditemukan, sebanyak 35 persen populasi yang belum dan enggan divaksinasi memiliki skor Covid-19 Preventive Behavior Index (CPBI), atau tingkat perilaku pencegahan yang rendah.
Skor CPBI yang rendah berarti perilaku pencegahan mereka jelek.
Baca Juga: Healthy Move, 20 Menit Berolahraga Cukup Untuk Membuat Tubuh Bugar
Hal yang cukup mengkhawatirkan dan mengejutkan kami adalah justru mereka yang belum divaksin yang skor perilaku pencegahannya jelek.
"Kami bisa katakan hasil penelitian HCC menunjukkan orang Indonesia yang tidak mau dan belum divaksinasi Covid-19 justru mereka yang tindakannya tidak sesuai dengan prokes," jelas peneliti HCC Dr. dr. Ray Wagiu dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11/2021).
Selain itu, mereka juga cenderung tidak memiliki kekhawatiran akan terinfeksi virus corona baru tersebut. Untuk mengetahui mengenai hasil penelitian ini klik di SINI.(*)
Baca Juga: Inilah Risiko Diabetes Pada Wanita Hamil dan Janin yang Dikandungnya
Source | : | tribunnews,Kompas.com,KoranJakarta-nataru |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar