GridHEALTH.id - Pencemaran linkungan dari limbah plastik kini menjadi momok besar bagi manusia di muka bumi.
Mikroplastik adalah partikel / fragmen plastik yang memiliki ukuran di bawah 5 mm dan merupakan polutan yang bersifat resisten.
Mikroplastik sendiri terdapat 2 macam;
Microplastic yang biasanya terdapat produk perawatan seperti shower gel, cat, detergen, dan krim.
Mikroplastik yini bersumber dari kegiatan sehari hari yang ada di daratan.
Secondary Microplastic yang merupakan hasil dari degradasi sampah plastik.
Kedua mikroplastik memiliki sifat persisten dan lebih sulit dideteksi dibandingkan dengan makroplastik.
Mikroplastik menimbulkan bahaya yang lebih serius jikadibandingkan dengan makroplastik karena sifatnya yang sulit dideteksi, dan dapat dengan mudah masuk ke sistem pencernaan organisme hidup.
Wahyu Marjaka, Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, menjelaskan permasalahan mikroplastik sering kali disebabkan dari adanya plastik yang biodegradable, namun tidak diregulasi dengan baik.
Baca Juga: Kenali Penyebab Koma Diabetes, Kondisi Berbahaya Bagi Penyandang Diabetes
Akhirnya ketika ada proses degradasi plastik itu terjadi justru menimbulkan mikroplastik polutan di lingkungan.
“Di lingkungan laut saat ini 85 persen sampah laut didominasi oleh limbah plastik. Hal ini disebabkan limbah plastik yang terbawa oleh aliran air salah satunya melalui sungai,” ujar Dr. Andhika Puspito Nugroho, dosen dan peneliti lingkungan Fakultas Biologi UGM dalam BioTalks, Jumat (11/6), dikutip dari laman ugm.ac.id (12/6/2021).
Bahayanya, “Mikroplastik ini sering kali dianggap sebagai makanan oleh berbagai organisme di laut sehingga polutan mikroplastik dapat mengganggu kesehatan organisme laut atau dapat berpindah dari sistem pencernaan masuk ke sistem peredaran darah organisme laut,” imbuh Andika.
Saat ini mikroplastik sudah masuk ke dalam rantai makanan yang mana manusia menjadi konsumen puncaknya.
Mikroplastik Ancaman Bagi Seluruh Makhluk Hidup
Semua mikroplastik yang ada di lingkungan menimbulkan ancaman bagi organisme hidup, termasuk manusia.
Baca Juga: Oligomenorea, Masalah Menstruasi yang Sebabkan Siklus Haid Panjang
Masuknya mikroplastik ke tubuh organisme hidup umumnya terjadi melalui transfer trofik yaitu melewati rantai makanan.
Ketika mikroplastik berpindah dari lingkungan terbuka ke tubuh organisme hidup dan masuk ke sistem pencernaan, menurut Muhammad Fauzul Imron, S.T., M.T, dilansir dari laman UNAIRNews, Unair.ac.id (18/8/2021), mikroplastik sulit untuk diproses serta dideteksi, sehingga cenderung menumpuk.
Akumulasi sejumlah plastik dalam tubuh organisme hidup dapat menyebabkan keracunan kronis dan bahkan akut.
Perkembangan penelitian tentang mikroplastik telah menyoroti beberapa sumber mikroplastik di lingkungan.
Temuan terbaru menunjukkan polusi mikroplastik di tanah, yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan di udara, yang menimbulkan ancaman yang mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia.
Sebuah temuan penelitian telah menunjukkan bahwa retakan sederhana pada teh celup yang terbuat dari plastik melepaskan sejumlah besar mikroplastik.
Pakaian yang terdiri dari poliester, nilon, dan serat mikro juga menjadi sumber mikroplastik.
Serat dari pakaian juga merupakan jenis mikroplastik yang berkontribusi besar terhadap pencemaran mikroplastik melalui proses pencucian.
Beberapa penelitian telah memberikan bukti bahwa polimer terlepas dari serat sintetis, seperti nilon, poliester, dan spandeks, selama pencucian kain.
Temuan terbaru telah menunjukkan kelimpahan mikroplastik di tanah.
Melimpahnya mikroplastik di udara juga menjadi perhatian yang mengkhawatirkan.
Mikroplastik dengan ukuran 100–300 m yang didominasi serat, saat ini mencemari udara. Mikroplastik di tanah juga dapat diangkut secara vertikal oleh angin, dan keberadaan mikroplastik diubah menjadi media lain.
Baca Juga: Healthy Move, Anak Obesitas Perlu Didorong Rajin Berolahraga
Bahaya Mikroplastik Bagi Kesehatan
Mengutip penelitian dari Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO, berikut beberapa bahaya mikroplastik untuk kesehatan.
1. Dicurigai mengganggu sistem endokrin
Zat aditif dalam plastik dicurigai bisa mengganggu sistem endokrin atau hormonal dalam tubuh. Bahan-bahan atau senyawa kimia beracun yang sebelumnya udah diserap plastik akan dilepaskan dan terakumulasi secara biologis di lingkungan.
2. Banyak bahan makanan yang berbahaya
Mikroplastik akan mungkin terakumulasi di saluran pencernaan hewan yang memakan plastik. Salah satunya adalah ikan dan kerang.
Baca Juga: Persalinan Normal Setelah Caesar Bisa Dilakukan dengan Syarat Ini
Konsumsi ikan dan kerang bisa jadi cukup membahayakan untuk kesehatan karena mikroplastik.
Jika mengonsumsi ikan, buanglah semua bagian perutnya. Isi perut ikan kemungkinan mengandung mikropartikel.
Hanya saja ini tidak berlaku untuk spesies ikan berukuran kecil misalnya sarden, ikan teri, dan sejumlah ikan air tawar berukuran kecil yang harus dimakan utuh.
Sedangkan untuk kerang, penelitian menemukan bahwa kerang konsentrasi mikroplastik tertinggi. Dalam kerang ditemukan 4 partikel/gram. Artinya, dalam 250 gram kerang ada 1.000 partikel mikroplastik di dalamnya.
3. Diduga mengganggu kekebalan tubuh
Diperkirakan hanya partikel terkecil antara 1,5 mikrometer atau kurang yang bisa masuk ke dalam pembuluh darah kapiler organ di seluruh tubuh. Sisanya akan dibuang lewat urin.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Dosis Kedua Capai 40% Target, Pemerintah Tetap Antisipasi Lonjakan di Eropa
Mikroplastik diduga berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh dan berpotensi menyebabkan stres oksidatif dan perubahan pada DNA.
Stop Penggunaan Galon AMDK
Plastic Researcher Greenpeace Indonesia, Afifa Rahmi Andini, mengungkapkan dari hasil uji yang dilakukan di Laboratrium Kimia Anorganik UI ditemukan bahwa air galon sekali pakai mengandung atau terkontaminasi dengan mikroplastik.
Dari sampel air galon sekali pakai yang diambil dari tiga wilayah yaitu Jakarta, Depok, dan Bogor, ditemukan Mikroplastik dalam air galon sekali pakai.
"Sebagian besar berbentuk fragmen dengan ukuran 2,44-63,65 mikrometer," ujar Afifa dalam acara webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate” pada Selasa, 9 November 2021 kemarin.
Baca Juga: Kulit Wajah Bopeng Gegara Jerawat Sirna dengan Bahan Alami Ini, Buktikan
Menurut Afifa, mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu didominasi jenis PET, yaitu polimer pembuat kemasan galon.
Lebih lanjut Afifa menjelaskan, konsentrasinya memang tidak terlalu besar hanya sekitar 0,2 mg sampai 5 mg per liter, namun jika melihat jumlah partikelnya sangat banyak. Ada 85-95 juta partikel per liter atau 570 juta sampai 1.275 juta per galon.
Dari kuesioner yang disebarkan Greenpeace kepada 38 konsumen galon sekali pakai, diperoleh hasil bahwa rata-rata mereka mengonsumsi air galon sekali pakai sekitar 1,89 liter per hari.
“Setelah kita hitung, dengan konsumsi sebanyak itu, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh konsumen sekitar 0,378 mg -9,45 mg per hari,” jelasnya.
Kadar itu memang masih berada di bawah batas aman dari WHO, namun menurut Afifa, WHO juga memberikan catatan bahwa penelitian terkait dampak kesehatan mikroplastik ini masih terus dikembangkan.
Jadi, WHO juga memberikan early warning atau reminder terhadap penggunaan jangka panjang yang bisa memberikan resiko yang sangat besar.(*)
Baca Juga: Kenaikan Kasus Covid-19 Saat Ini Didominasi PTM di Sekolah dan Takziah
Source | : | Ugm.ac.id-mikroplastik,Unair.ac.id-mikroplastik |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar