GridHEALTH.id - Beberapa hasil studi awal yang dimuat dalam jurnal Nature membuktikan, walaupun beberapa vaksin menawarkan perlindungan terhadap jenis varian tertentu, efektivitasnya dapat menurun apabila virus penyebab Covid-19 bermutasi yang memunculkan varian baru.
Sebagai contoh, studi yang ditemukan di India dan Afrika Selatan membuktikan orang-orang yang sudah mendapat vaksin Covid-19 berupa Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca, ternyata memiliki antibodi yang lemah apabila terpapar dengan varian delta dan beta Covid-19.
Baca Juga: Inilah Gejala Faringitis yang Perlu Diperhatikan dan Cara Menanganinya
Karenanya peneliti studi tersebut merekomendasikan pemberian booster vaksin dari waktu ke waktu untuk mencegah virus mutasi penyebab Covid-19.
Pendapat lain, mengutip laman RSUD Sawah Lunto, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyatakan hasil penelitian yang ada menunjukkan antibodi yang terbentuk pascavaksin booster mRNA naik cukup signifikan dan proteksi terhadap infeksi Covid-19 juga meningkat, walaupun belum ada data khusus untuk vaksin inactivated yang dilanjutkan dengan vaksin mRNA.
Vaksin mRNA diketahui memiliki efikasi yang lebih baik terhadap varian baru dibandingkan dengan jenis vaksin lainnya.
Baca Juga: Cara Kerja Vaksin Booster Covid-19, Tidak Semua Orang Bisa Mendapatkannya
Penting diingat vaksin mRNA pun mempunyai efek samping, sama seperti memperoleh vaksinasi Covid-19 pada umumnya.
Reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin mRNA perlu menjadi perhatian khusus karena kandungan polietilen glikol (PEG) di dalamnya.
Meski demikian, efek samping ini kecil kemungkinan terjadinya.
Diketahui efek samping yang muncul pasca vaksinasi kombinasi platform viral vector dan mRNA untuk vaksinasi pertama dan kedua, lebih banyak jika dibandingkan menggunakan platform yang sama.
Hal ini mungkin juga terjadi pada vaksin inactivated jika dikombinasi dengan platform yang berbeda, walaupun sedang menunggu studi lebih lanjut.
Efek Samping yang Mungkin Terjadi Akibat Vaksin COVID-19
Semua obat-obatan, termasuk vaksin, memiliki risiko dan manfaat. Biasanya efek sampingnya ringan dan hanya berlangsung selama beberapa hari.
Baca Juga: Gejala Infeksi Covid-19 pada Mereka yang Sudah Divaksin Lengkap, Satu Dosis, dan Belum Sama Sekali
Seperti halnya dengan vaksin lain, penerima vaksin Covid-19 mungkin saja mengalami beberapa efek samping sementara setelah mendapatkan vaksin COVID-19.
Efek samping yang umum setelah vaksin termasuk:
* Nyeri atau sakit di tempat suntikan
* Kelelahan
* Sakit kepala
* Nyeri otot, dan
* Demam dan menggigil.
Baca Juga: Mengapa Haid Ibu Menyusui Tidak Teratur? Inilah Penyebabnya
Sebagian besar efek samping bersifat ringan, dan hilang dalam 1-2 hari.
Tapi jika hal di bawah ini sampai terjadi, langsung pergi ke rumah sakit:
* Mengalami reaksi yang dianggap parah atau tidak terduga
* Mengkhawatirkan kondisi diri setelah vaksinasi.
Mengenai efek samping vaksin Covid-19, Therapeutic Goods Administration (TGA), merupakan ilmuwan dan pakar medis yang mengatur dan menyetujui semua vaksin, obat-obatan, dan produk medis lainnya untuk penggunaan di Australia, terus mengawasi keamanan vaksin selama digunakan di Australia.
Adapun efek samping dari vaksin Covid-19 yang mungkin terjadi, dilansir dari Australian Goverment Departement of Health, adalah sebagai berikut;
Efek samping setelah vaksin Vaxzevria (AstraZeneca)
Baca Juga: Jerawat di Area Vagina Moluskum Kontagiosum Bisa Menular dengan Mudah
Vaksin AstraZeneca tampaknya terkait dengan efek samping langka yang disebut thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) alias trombosis dengan sindrom trombositopenia)
TTS jarang terjadi dan terjadi sekitar 4-42 hari setelah vaksinasi.
Gejalanya bisa termasuk sakit perut dan/atau sakit kepala parah yang tidak hilang setelah minum obat pereda nyeri.
Jika mengalaminya harus segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Efek samping setelah vaksin Comirnaty (Pfizer) dan Spikevax (Moderna)
Miokarditis dan perikarditis (radang jantung) telah dilaporkan setelah vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna COVID-19.
Baca Juga: Hati-hati, Obesitas Bisa Sebabkan Siklus Menstruasi Tidak Teratur
Ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah dosis kedua.
Kalaupun terjadi, lebih mungkin dialami laki-laki yang berusia di bawah 30 tahun.
Sebagian besar kasusnya ringan, dan orang telah pulih dengan cepat. Gejalanya bisa meliputi:
* Sakit dada
* Tekanan atau perasaan tidak nyaman di dada
* Detak jantung tidak teratur, terlewat atau 'berdebar'
* Jatuh pingsan
* Sesak napas atau
* Nyeri ketika bernapas.
Penting diingat, jika mengalaminya harus mencari bantuan medis.(*)
Baca Juga: Meski Jarang Terjadi, PMS Berat Bisa Membuat Wanita Alami Depresi
Source | : | RSUD Sawah Lunto-vaksin booster,Australian Goverment Departement of Health-vaksin booster |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar