GridHEALTH.id - Kemarin (5/12/2021) Gunung Semeru di Jawa Timur Erupsi.
Gunung favorit bagi para pendaki ini telah memuntahkan banyak material vulkanik ke udara.
Bayangkan saja, pukul 16.00 waktu setempat, warga melaporkan sudah seperti malam hari. Gelap gulita.
Satu hal yang harus diwaspadai material vulkanik yang sangat banyak dikeluarkan oleh Gunung Tertinggi di Pulau Jawa ini banyak yang beracun.
Karenanya warga di lereng juga kaki gunung sebaiknya mengungsi jauh ke tempat yang aman.
Mereka yang hidup di skeitar gunung Semeru yang terkena dampak letusan Semeru harua waspada akan bahaya dari material vulkanik yang membahayakan kesehatan juga beracun.
Baca Juga: Cara Mengatasi 6 Penyebab Sakit Kepala Pada Penyandang Diabetes
Baca Juga: Mengenal Gejala HIV/AIDS Pada Mulut, Begini Cara Memastikannya
Hal yang sama harus diwaspadai oleh tim penolong. bantuan, dan relawan.
Untuk diketahui, gas yang dikeluarkan saat erupsi gunung berapi antara lain karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2), hidrogen sulfide (H2S), sulfurdioksida (S02), dan nitrogen (NO2).
Abu Vulkanik Gunung Meletus Mengandung Silika
Semua zat tersebut diketahui berbahaya bagi manusia.
Dikutip dari Kompas.com, Menurut Dr. Erlang Samoedro Sp.P FISR, seorang ahli paru dan sebagai Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, mengatakan, sama halnya dengan saat berada di tambang, abu vulkanik setelah erupsi dikatakannya juga mengandung kandungan Silika.
Baca Juga: Penggunaan Aspirin Dapat Meningkatkan Risiko Gagal Jantung Pada Perokok, Studi
Secara umum, Erlang menjelaskan gejala yang harus diwaspadai apabila berada di wilayah dengan tingkat abu silikosis tinggi adalah akan terjadinya iritasi pada hidung yang membuat hidung meler, serta sakit tenggorokan disertai batuk kering dan sesak napas atau mengi dengan dahak berlebihan.
Karenanya bagi warga yang wilayhanya terkena dampak dari letusan gunung berapi, wlaaupun jaraknya jauh baiknya, Erlang menyarankan, untuk menutup jendala, pintu dan meminimalkan penggunaan pemanas atau pendingin udara saat di rumah.
Tujuannya agar mengurangi abu masuk ke dalam rumah.
Baca Juga: Perawatan Luka Kaki Diabetes, Diperlukan Kesabaran Karena Sembuhnya Lama
Baiknya kenakan masker tipe N-95 dan kacamata ketika di luar ruangan atau saat membersihkan abu.
Namun, apabila tidak ada masker jenis N-95, masker biasa juga bisa digunakan.
Percikan air sebelum membersihkan abu juga sangat penting agar abu tidak menyebar saat ke udara saat dibersihkan.
Selain itu, gunakanlah pelindung tubuh agar abu tidak menempal langsung di kulit, juga sebisa mungkin hindari mengemudi kendaraan dan hindari minum air yang sudah terkontaminasi abu.
Baca Juga: Luka Bengkak Jangan Disepelekan, Ini Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai
Bagi orang yang sudah mengidap asma atau bronkhitis, dan penyakit paru obsturik kronik, harap berhati-hati karena kondisi udara pasca erupsi biasaya menyebabkan kesulitan untuk bernapas.
Gejala Akibat Menghirup Abu Vulkanik
Dikutip dari laman The Science Education Resource Center (SERC), menghirup abu vulkanik bisa sangat merusak kesehatan manusia, karena aerosol berbahaya dan gas beracun yang membentuk abu.
Efek kesehatan termasuk masalah pernapasan, masalah mata, dan iritasi kulit.
Baca Juga: 6 Makanan dan Minuman yang Harus Dipantang Penyandang Diabetes
1. Gejala pernapasan, meliputi pilek, sakit tenggorokan atau batuk, sesak napas, dan kemungkinan bronkitus.
2. Gejala mata, seperti mata menjadi gatal atau merah, mata lecet atau goresan kornea, dan dapat menyebabkan konjungtivitis.(*)
Baca Juga: Pilih Dokter atau Bidan untuk Periksa Kehamilan dan Membantu Melahirkan?
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar