GridHEALTH.id - Setidaknya ada ribuan informasi fake atau hoaks vaksin corona yang tersebar di media sosial (medsos).
Melansir Liputan6.com, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat hingga Rabu (26/1/2022) terdapat 444 temuan hoaks seputar vaksin corona yang tersebar di medsos.
Dimana sebarannya mencapai 2.596 konten.
Dari jumlah tersebut, Facebook menjadi platform medsos dengan sebaran hoaks vaksin corona paling banyak, yakni mencapai 2.402 konten.
Sementara yang kedua ditempati oleh Twitter dengan 110 sebaran hoaks soal vaksin covid-19.
Beberapa situs berbagi video, seperti YouTube dan TikTok juga tak luput dari sasaran hoaks vaksin corona.
Tercatat, ada 43 hoaks di YouTube dan 21 di TikTok.
Lalu 20 sebaran hoaks corona sisanya ditemukan Kemenkominfo di Instagram.
Pihak Kementerian Kominfo sudah melakukan takedown kepada semua informasi hoaks tersebut.
Baca Juga: Karena Hal Ini Masyarakat Perkotaan Ogah Ikut Vaksinasi Covid-19
Melihat temuan itu, tentu penting bagi masyarakat untuk berhati-hati terhadap segala bentuk informasi yang tersebar di medsos, termasuk soal informasi vaksin corona.
Baiknya jangan langsung percaya jika tidak berasal dari sumber kredibel.
Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com (8/1/2016), Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana informasi fake dan informasi berita asli.
Berikut penjelasannya:
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.
Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya kita mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.
Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
Baca Juga: 2 Kali Suntik Vaksin AstraZeneca Bikin Darah Mengental, Ternyata Hoaks
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud.
Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300.
Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya?
Apakah dari lembaga resmi seperti Kemenkes?
Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.
Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Baca Juga: Hilangkan Kebiasaan Merokok Cukup Pakai Jeruk Nipis, Ternyata Hoaks
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.
Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images.
Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.(*)
Baca Juga: Mencelupkan Tangan ke Air Es Untuk Mengecek Kesehatan Jantung, Ternyata Hoaks
Source | : | Liputan6.com,Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar