“Permasalahan pada tulang belakang kini tidak perlu lagi dilakukan operasi konvensional atau bedah terbuka seperti dulu,” jelas dr. Wawan.
Menurut dr. Wawan, dalam bidang bedah saraf, endoskopi tulang belakang memiliki banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan operasi terbuka.
Endoskopi tulang belakang yang terdahulu, endoskopi PELD (Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy) atau PSLD (Percutaneous Stenoscopic Lumbar Discectomy), dilakukan hanya dengan satu akses yang dapat menghalangi lapang pandang saat dokter melakukan tindakan.
Selain itu, endoskopi generasi terdahulu ini hanya dapat mengambil tonjolan bantalan tulang dari satu arah saja atau hanya dari belakang.
Terkini, endoskopi tulang belakang sudah lahir generasi ketiga atau yang terbaru yakni Biportal Endoscopic Spine Surgery atau BESS.
BESS merupakan teknologi MISS yang menjadi salah satu solusi untuk membantu mengatasi saraf terjepit, dengan teknik dekompresi sehingga dapat menghilangkan bantalan tulang yang menonjol sehingga tidak lagi menjepit saraf tulang belakang.
Arti dekompresi adalah membebaskan tekanan/jepitan (kompresi) pada saraf tulang belakang.
Baca Juga: Saraf Kejepit Gegara Fitness yang Dialami Hanung Bramantyo Membuatnya Depresi
“Tindakan dekompresi ini dilakukan untuk membantu menghilangkan nyeri dan risiko kelumpuhan akibat adanya jepitan saraf tulang belakang. Tindakan ini dilakukan pada ruas tulang belakang, bantalan tulang belakang, atau sendi yang menyebabkan tekanan pada saraf.” tutur dr. Wawan.
BESS sebagai generasi terkini atau terbaru dalam bidang spine endoscopy, jauh lebih unggul dibandingkan dengan yang dulu.
“Memang BESS ini memerlukan dua sayatan. Seperti namanya biportal, yang berarti dua portal (akses). Akses pertama untuk ‘melihat’ dan akses kedua memudahkan dokter ‘bekerja’ mengatasi masalah yang ada di tulang belakang atau mengambil tonjolan bantalan tulang yang menjepit,” lanjutnya.
Endoskopi tulang belakang ini berbeda dengan tindakan bedah atau operasi konvensional yang memerlukan bius umum.
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar