"Ketidaknyamanan selama melahirkan tidak hanya mencakup masalah nyeri saja, namun meliputi fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan. Kondisi tersebut tentu mengganggu proses persalinan, sehingga bisa berdampak pada keselamatan bayi dan ibunya sendiri," kata Heni, melalui surat elektronik, Jumat (26/6/2015).
Menurut Heni, alat PDA telah diterapkan pada 76 orang ibu bersalin dan terbukti mengatasi nyeri persalinan.
Skor nyeri dirasakan lebih rendah pada ibu yang dipasang alat PDA, dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak dipasang alat PDA.
Hasil penelitian PDA ini, kata Heni, telah dipresentasikan pada International Conference di Manipal University, Karnatakan, India beberapa waktu lalu.
"Nah, MPDA merupakan pengembangan dari PDA. MPDA bekerja dengan sistem acupressure atau memijat sekaligus memutar musik klasik instrumen piano," papar Heni menjelaskan lebih rinci.
Dengan alat MPDA ibu bersalin akan mendapatkan pijatan pada acupoint dan sekaligus mendengarkan musik klasik instrumen piano.
Alat ini sudah diterapkan pada 150 orang ibu bersalin di Kota dan Kabupaten Magelang.
Hasilnya, diketahui bahwa MPDA sangat memberikan kenyamanan dan mempercepat proses persalinan kala satu fase aktif.
"Perbedaan lama fase aktif kala satu antara ibu bersalin yang dipasang alat MPDA dengan ibu bersalin yang tidak dipasang alat MPDA adalah 1 jam 18 menit. Rentang waktu ini, tentunya sangat membantu bagi ibu bersalin untuk mencegah terjadinya partus lama yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia," tandas Heni.
Dengan adanya alat tersebut menjawab cita-cita 85 persen perempuan hamil yang ingin melahirkan normal tanpa bantuan obat-obatan.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar