GridHEALTH.id - Menurut data GLOBOCAN 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kejadian baru kanker dengan angka kematian sebesar 234.511.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Sebanyak 80% pasien kanker datang sudah pada stadium lanjut, sehingga presentase kesembuhan menjadi lebih rendah.
Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk pencegahan dan deteksi dini kanker, serta kondisi kesenjangan perawatan kanker di Indonesia yang salah satunya diakibatkan oleh rendahnya literasi finansial untuk kesehatan yang menjadi hambatan sehingga pasien sulit mendapatkan akses terhadap perawatan kanker yang optimal.”
“Dengan kondisi tersebut, Yayasan Kanker Indonesia memandang bahwa masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan tentang literasi finansial untuk kesehatan sebagai bekal penting jika terkena penyakit kritis seperti kanker, sehingga akses terhadap perawatan menjadi lebih mudah,” jelas Prof. Aru Sudoyo dalam virtual media briefing “Literasi Finansial untuk Kesehatan: Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker"(22/02/2022).
Lebih lanjut Prof. Aru menjelaskan, bahwa saat ini terdapat batasan-batasan jaminan sosial untuk layanan perawatan kanker dimana tidak semua perawatan ataupun obat-obatan dijamin, dan kini masyarakat mulai menyadari kondisi tersebut, sehingga minat terhadap asuransi kesehatan swasta bertambah.
Berkaitan dengan hal ini, YKI, MSD Indonesia dan Nasional Re menandatangani komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki perencanaan keuangan untuk kesehatan, sebagai wujud upaya menutup kesenjangan dalam perawatan kanker.
Komitmen ini diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada akses pengobatan kanker yang inovatif di Indonesia.
George Stylianou, Managing Director MSD di Indonesia, mengatakan, “Hari ini kami sangat bersemangat untuk bermitra dengan Yayasan Kanker Indonesia dan Nasional Re untuk memperingati Hari Kanker Sedunia 2022 untuk berbicara tentang menutup kesenjangan dalam perawatan kanker."
“Salah satu faktor kesenjangan yang paling nyata adalah kesejangan akses terhadap pengobatan kanker yang berkualitas.
Baca Juga: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara, Semakin Cepat Lebih Baik
Baca Juga: Healthy Move, Berolahraga Di atas Usia 40, Begini Cara Memulainya
Untuk itu, MSD Indonesia terus berkomitmen untuk membuka peluang kerjasama dengan semua pemangku kepentingan dalam memperluas akses terhadap pengobatan kanker yang inovatif, seperti imunoterapi, yang telah terbukti memberikan harapan baru kepada pasien dengan berbagai kanker,” tutup George.
Prof. Aru Sudoyo juga menyoroti bahwa perusahaan asuransi perlu membantu meningkatkan pemahaman umum tentang kanker dan kesadaran akan pilihan pengobatan, termasuk di daerah terpencil dimana sikap terhadap pengobatan tradisional masih banyak ditemukan.
Perusahaan asuransi juga berkontribusi positif terhadap tugas penting memberikan informasi kepada dokter tentang jenis-jenis perawatan baru yang tersedia.
“Mengatasi kanker dan membangun kesadaran masyarakat berjalan seiring – dan di sinilah asuransi swasta masuk,” Prof. Aru Sudoyo menegaskan.
Susatyo P. Widodo, ANZIIF (assoc) CIP, APAI, CFP, IFP, AEPP, QWP, dari Willis Re Indonesia menjelaskan, “Literasi aspek finansial dari perawatan kanker sangatlah penting agar dapat mengurangi dampak finansial secara negatif dari diagnosis maupun perawatan kanker ketika seseorang terkena penyakit tersebut.”
Sementara itu Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik, dr. Ronald A. Hukom, SpPD-KHOM, MHSc, FINASIM mengatakan bahwa meski sudah ada layanan BPJS, namun masih ada data dari perusahaan asuransi kesehatan dan keprihatinan Menteri Kesehatan yang menyebutkan bahwa pasien dari Indonesia menghabiskan Rp161 triliun setiap tahun untuk berobat ke luar negeri.
"Bila 3%-5% dari dana berobat ke luar negeri itu digunakan untuk membangun beberapa pusat pengobatan kanker di dalam negeri, dengan standar internasional seperti di Amerika, Australia atau Singapura, maka kita bisa mencegah triliunan rupiah dibawa pergi keluar negeri."
Lebih lanjut dr. Ronald A. Hukom, SpPD-KHOM menjelaskan bahwa di Indonesia sudah lebih daripada mampu untuk membantu diagnosis maupun pengobatan pasien kanker.
Selama pandemi Covid-19, banyak pasien Indonesia yang biasanya berobat ke luar negeri mengharuskan mereka untuk berobat di dalam negeri, yang menyadarkan bahwa beberapa rumah sakit di Indonesia juga sudah mampu untuk menangani pengobatan kanker dengan baik, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pengobatan seterusnya di Indonesia. (*)
Baca Juga: 7 Perubahan Gaya Hidup yang Harus Dilakukan Setelah Serangan Jantung
Baca Juga: Penyandang Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 Perlu Segera Vaksin Booster, Ini Prosedurnya
Source | : | Virtual Media Briefing |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar