GridHEALTH.id - Indonesia segera masuk fase deselerasi.
Pemerintah pusat tengah serius akan hal ini, fokus mempersiapkan diri untuk membawa negara masuk dalam fase deselerasi COVID-19 atau satu fase di bawah pandemi.
Untuk itu semua elemen masyarakat harus bisa menyesuaikan diri.
Supaya dapat memasuki fase deselerasi dengan aman dan terkendali.
Mengenai fase deselerasi, menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro, fase tersebut suatu kondisi di mana jumlah kasus baru, baik secara nasional maupun global, dapat mengalami tren penurunan karena perubahannya dipengaruhi kehadiran varian baru atau terbentuk imunitas dalam masyarakat.
“Kalau kita bicara tentang Indonesia ataupun negara lain, memang setiap negara itu punya kondisi yang berbeda-beda tergantung dari kondisi daerahnya sendiri,” jelasnya dalam Siaran Sehat Fase Deselerasi di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Meskipun negara tetangga, seperti Malaysia, sudah mendeklarasikan diri memasuki fase endemi atau beberapa negara, seperti Vietnam, Thailand, Arab Saudi juga negara-negara di Benua Eropa sudah melonggarkan kebijakan protokol kesehatan, Indonesia tidak bisa ikut melakukan hal yang sama.
“Untuk di Indonesia strategi dari pandemi menjadi endemi, Bapak Presiden sudah memberi tahu. Kita harus mempertimbangkan secara hati-hati. Bukan mempertimbangkan dari sisi sains dan kesehatan saja,” kata Reisa.
Dalam setiap kebijakan yang dibuat pemerintah tidak bisa hanya melihat sisi kesehatan dan ilmu sains.
Baca Juga: Covid-19 di China Kembali Tak Terkendali, Penyebabnya Subvarian
Seluruh aspek kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ekonomi, harus dilibatkan agar dapat memberikan hasil yang baik dan tepat di semua arah.
Karenanya kebijakan pandemi menjadi endemi tidak bisa ikut-ikutan.
“Sebelum kita masuk ke fase-fase yang lebih rendah dari pandemi, kita harus yakin dan kita harus bekerja sama bahwa kita bisa mengupayakan sampai benar-benar kasusnya benar-benar terkendali,” ucap perempuan yang juga duta adaptasi kebiasaan baru tersebut.
Oleh sebab itu, meskipun saat ini kebijakan pada pelaku perjalanan baik dalam negeri maupun luar negeri sedang dilonggarkan, Reisa meminta semua pihak tetap bekerja sama tidak abai menerapkan protokol kesehatan, agar kasus menjadi terkendali dan penularan berada pada level yang serendah-rendahnya.
Juga vaksinasi harus dipenuhi karena penting. “Imun yang ada dalam tubuh kita tidak selamanya, sekali suntik dia tidak bertahan selamanya. Jadi harus terus ditingkatkan,” kata Reisa dalam Siaran Sehat Fase Deselerasi di Indonesia secara daring diikuti di Jakarta, Senin.
Mereka yang sudah mendapatkan dosis lengkap namun setelahnya positif terkena COVID-19 dan bergejala ringan atau sedang pun, tetap dapat melakukan suntik dosis ketiga dalam rentan waktu minimal satu bulan setelah dinyatakan sembuh.
“Jadi bukan dari pertama kali dikonfirmasi positif. Tapi setelah sembuh jaraknya itu satu bulan,” ujarnya.
Di sisi lain bagi masyarakat yang belum mendapatkan dosis kedua dalam rentan kurang dari enam bulan setelah melakukan suntikan pertama, maka vaksinasi tetap dapat dilanjutkan dengan menggunakan jenis vaksin yang sama ataupun disesuaikan dengan ketersediaan di daerahnya.
Nah, bila penyuntikan dosis pertama sudah dilakukan lebih dari enam bulan, orang tersebut harus mengulang vaksinasi primer dari dosis pertama lagi baik dengan menggunakan jenis vaksin yang sama ataupun berbeda.
Baca Juga: Son of Omicron Bisa Membuat Ledakan Baru di Indonesia, Sulit Dideteksi Oleh SGTF Sekalipun
Namun bila seseorang sedang sakit dan memiliki gejala berat, pemberian vaksin dosis selanjutnya lebih baik diberikan dalam jangka waktu minimal tiga bulan setelah dinyatakan sembuh oleh dokter yang bersangkutan.
Reisa mengingatatkan, masyarakat yang baru terima vaksin dosis ke tiga baru 7 persen.
Sementara per tanggal 13 Maret 2022, jumlah warga yang sudah mendapatkan dosis pertama sudah mencapai 92,88 persen dan 72,7 persen pada penerima dosis kedua.
Bisakah kita lolos dan masuk fase deselerasi, lalu masuk masa endemi?(*)
Baca Juga: Jelang Ramadan Omicron Siluman Masuk Indonesia, Katanya Lebih Menular
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar