GridHEALTH.id - Kemunculan varian deltacron jadi perbincangan masyaraat luas dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut laman theguardian.com (11/3/2022), deltacron adalah varian Covid-19 yang mengandung elemen Delta dan Omicron.
Dengan kata lain, deltacron ini mengandung gen dari kedua varian tersebut, menjadikannya apa yang dikenal sebagai virus rekombinan.
Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) mengatakan bahwa varian ini telah teridentifikasi di beberapa wilayah, seperti Perancis, Denmark, Belanda, dan Inggris.
Para peneliti sampai saat ini masih melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa bahaya varian deltacron.
Sementara itu dilansir dari Kompas.com (15/3/2022), ada 4 fakta varian Deltacron yang perlu diketahui masyarakat.
Berikut diantaranya:
1. Mirip varian Omicron
Deltacron ditemukan pada awal 2022 yang merupakan akhir gelombang Delta.
Baca Juga: Terdeteksi di Eropa, Ini 7 Gejala Covid-19 Hibrida Varian Deltacron
Setelah itu, kemunculannya sempat jarang teridentifikasi lagi.
Di sisi lain, pada awal 2022 justru menjadi puncak gelombang Omicron bagi Indonesia.
Oleh sebab itu, dikutip dari Kompas.com, Senin (14/3/2022), varian Deltacron mungkin akan menjadi subvarian Omicron.
Ahli patologis klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, banyaknya mutasi Omicron membuat subvariannya berisiko mengandung mutasi yang sama dengan varian sebelumnya.
Begitu juga dengan rekombinasi Delta-Omicron atau Deltacron.
“Tapi ciri varian Omicron tetap yang dominan. Jadi sejauh ini, varian hasil rekombinasi ini dimasukkan sebagai subvarian Omricron,” jelasnya.
Berdasarkan struktur kimiawi, bagian protein S pada Deltacron juga sangat mirip dengan varian Omicron.
Akibatnya, tubuh yang terpapar varian Deltacron akan mengenalinya sebagai varian Omicron.
Tersusun dari struktur kimiawi yang sangat mirip dengan Omicron, varian Deltacron disebutkan memiliki efek serupa, yakni mudah menyebar dengan derajat gejalanya tidak begitu signifikan.
Baca Juga: Ternyata Hanya Segini Keganasan Deltacron, Kombinasi Varian Delta dan Omicron
2. Kasus Deltacron jarang terjadi
Kendati telah ditemukan di beberapa negara, kasus Deltacron ini masih jarang terjadi.
Sejumlah ahli menduga rekombinasi Delta-Omicron ini tidak akan menimbulkan masalah yang signifikan.
Bahkan, para peneliti mengimbau agar masyarakat tidak pelu khawatir atas kemunculan varian Deltacron.
"Ini (Deltacron) telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di dunia dan hanya beberapa kasus di antara jutaan Omicron," kata Dr Jeffrey Barrett, yang sebelumnya merupakan pemimpin inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust, dikutip dari Kompas.com, Minggu (13/3/2022).
“Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau,” imbuhnya.
Selain masih jarang terjadi, varian Deltacron secara resmi juga belum bisa dikatakan sebagai ‘varian’.
"Disebut ‘varian’ jika menghasilkan sejumlah kasus yang besar," kata William Hanage, ahli epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health.
"Jadi tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir," imbuhnya.
Baca Juga: Kasus Covid- 19 Dinyatakan Menurun Oleh Pemerintah, Tapi Virus Hybrid Deltacron Harus Dihadapi
3. Tidak memunculkan gelombang
Meskipun kasus varian Deltacron sudah terkonfirmasi, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa tingkat keparahan Covid-19 yang terjadi di masyarakat tidak mengalami perubahan.
Artinya, tingkat keparahan pasien Covid-19 masih sama seperti varian sebelumnya yang telah mendominasi, yakni Omicorn.
Selain itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga menyatakan, varian Deltacron tidak menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mengkhawatirkan.
Kendati demikian, Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan, pihaknya tetap melakukan tracking dan terus mengkaji varian Deltacron ini sebagaimana ditulis dalam laman twitter-nya.
4. Deltacron belum ditemukan di indonesia
Diberitakan Kompas.com, Senin (14/3/2022), Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting mengatakan, kasus varian Deltacron belum ditemukan di Indonesia.
"Sampai saat ini belum dilaporkan oleh lab biomolekuker Indonesia," ujarnya.
Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) sesuai anjuran Satgas Covid-19.
Upaya tersebut dimaksudkan untuk mencegah kemunculan rekombinasi varian Deltacron di Indonesia.(*)
Source | : | Theguardian.com,Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar