GridHEALTH.id – Anak-anak menjadi salah satu kelompok masyarakat yang rentan terpapar Covid-19.
Infeksi Covid-19 yang dialami oleh anak-anak pun juga berisiko menyebabkan long covid. Ini adalah gejala jangka panjang yang dialami penyintas Covid-19 setelah sembuh.
Salah satu long covid yang berisiko dialami oleh anak penyintas Covid-19, yakni multisystem inflammatory syndrome in children atau MIS-C.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Yogi Prawira, SpA (K) mengatakan, MIS-C biasanya terjadi pada anak-anak sekitar dua sampai enam minggu setelah sembuh dari Covid-19.
“MIS-C sering terjadi pada saat infeksi akutnya pada saat tanpa gejala atau gejala ringan. Di situlah pentingnya kita untuk terus melakukan pemantauan, walaupun sudah selesai pasca akutnya,” jelas Yogi dalam webinar ‘Omicron, Benarkah Tidak Berbahaya?’, dikutip dari Kompas.com, (17/03/2022).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, adanya kenaikan kasus MIS-C saat anak sembuh dari infeksi SARS-CoV-2.
Melansir laman CDC, multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) adalah kondisi di mana adanya peradangan pada bagian tubuh yang berbeda, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, hingga organ gastrointestinal.
Penting bagi orangtua untuk mengetahui gejala MIS-C yang mungkin dialami oleh anak pasca infeksi Covid-19.
Segera bawa anak ke dokter, jika menunjukkan gejala MIS-C seperti berikut ini.
1. Demam lebih dari 24 jam atau lebih
2. Muntah
3. Diare
4. Mengeluh sakit di bagian perut
5. Muncul ruam di kulit
6. Sakit kepala atau pusing (tanda tekanan darah rendah)
7. Mata merah
Perlu dipahami, kalau tidak setiap anak yang mengalami MIS-C mempunyai gejala yang sama.
Risiko anak mengalami MIS-C pasca dinyatakan sembuh dari Covid-19, dapat dicegah melalui vaksinasi.
Baca Juga: Skenario Covid-19 Jadi Endemi Dimulai, Presiden Instruksikan Melakukan Persiapan di Indonesia
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal The Lancet Child and Adolescent Health, menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja berusia 12-20 tahun yang sudah dapat vaksinasi Covid-19, tingkat MIS-C jauh lebih rendah dibanding mereka yang tidak divaksinasi.
Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat, di mana para tim peneliti menganalisis kasus MIS-C sejak Desember 2020 hingga Desember 2021 pada anak-anak dan remaja 12-20 tahun yang sudah divaksinasi.
“Hasil kami menunjukkan bahwa kasus MIS-C setelah vaksinasi Covid-19 jarang terjadi dan kemungkinan mengembangkan MIS-C jauh lebih besar pada anak-anak yang tidak divaksinasi dan terkena Covid-19,” kata Dr Anna R Yousaf dari CDC, dikutip dari GridHEALTH.id, (26/02/2022).
Di Indonesia, vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak usia 6-11 tahun sudah bisa dilakukan sejak akhir tahun lalu.
Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu langkah melindungi anak dari paparan Covid-19, apalagi saat ini aktivitas belajar di sekolah perlahan mulai kembali normal.
Selain itu, vaksin Covid-19 juga dapat membantu mencegah gejala yang serius dan mengancam jiwa, jika terpapar.
Baca Juga: Awas, Anak Balita yang Meninggal Karena Covid-19 Biasanya Punya Komorbid
Source | : | Kompas.com,CDC,Gridhealth.id |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar