GridHEALTH.id - Untuk diketahui, dalam penanganan pandemi Covid-19, Pemerintah pusat melibatkan banyak sektor alias aktor.
Salah satunya adalah Badan Intelijen Negara (BIN), yang telah aktif terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19 sejak awal 2020.
Pengerahan lembaga telik sandi dalam penanganan pandemi merupakan suatu praktik yang banyak dilakukan negara-negara demokrasi.
Namun, intelijen perlu bekerja sesuai mandat, fungsi, dan di dalam koridor prinsip demokrasi.
Melansir Jurnal Penelitian Politik LIPI [Vol 18, No 1 (2021)], dalam penanganan pandemi Covid-19 ada empat jenis operasi yang dilakukan oleh BIN dalam skala nasional dan lokal.
Yaitu penyelidikan, pengamanan, penggalangan, dan penanggulangan.
Tapi memang harus diakui, banyak masyarakat yang bertanya-tanya keterlibatan BIN dalam penanganan pandemi Covid-19.
Baca Juga: 6 Cara yang Bisa Dicoba untuk Mengeluarkan Dahak Pada Bayi, Mudah Dilakukan
Nah, menjawab hal ini, "BIN diberikan kewenangan oleh UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang intelijen negara untuk membentuk Satgas dalam pelaksanaan aktivitas intelijen (pasal 30 huruf d). Ancaman kesehatan juga merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia yang merupakan ranah kerja BIN sehingga dengan dasar tersebut BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas Penanganan COVID-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) di antaranya berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi dan kerja sama dalam pengembangan obat dan vaksin," kata Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto, dalam keterangan tertulis (28/9/2020).
Wawan menjelaskan apa yang dilakukan BIN semata-mata untuk membantu pemerintah dalam mempercepat penanganan pandemi COVID-19 melalui 3 T yaitu testing, tracing dan treatment.
Baca Juga: Punya Efek Samping, Ini Cara Minum Obat Paracetamol yang Tepat
Menurutnya, melansir Detik.com (28/9/2020), kapasitas testing di Indonesia saat itu masih di bawah rata-rata tes harian yang ditetapkan WHO.
"Oleh karenanya BIN bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas yang memiliki fasilitas laboratorium BSL 2 dan 3 di berbagai daerah utamanya yang masuk dalam zona merah COVID-19, untuk meningkatkan kapasitas uji spesimen dengan memberikan bantuan berbagai bantuan alat laboratorium, mulai dari RT PCR hingga berbagai peralatan lainnya, seperti reagen dan sebagainya. Selain itu, BIN juga membangun 1 lab stasioner berstandar BSL-2+ dan 4 unit lab mobile berstandar BSL-2 untuk membantu mempercepat dan memperbanyak kapasitas testing, yang mampu menjangkau zona-zona merah yang sebelumnya tidak dapat dijangkau," ujar Wawan.
Saat ini kala varian Omicron melanda, sub varian BA.2 menjadi sorotan dunia. Karena mengakibatkan gelombang pandemi Covid-19 kembali dibanyak negara di dunia.
Source | : | Tribunnews-BIN,LIPI-BIN,Detik-BIN |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar