GridHEALTH.id - Orangtua tentu ingin semua anak-anaknya sukses. Karenanya semua orangtua akan mati-matian memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Ibarat kata semua yang bisa diberikan dan memfasilitasi kesuksesan anak-anaknya, orangtua akan rela memberikannya.
Jangankan uang dan harta, jiwa dan raga, bahkan waktu pun banyak orangtua yang rela mengorbakannya demi anak-anaknya tercinta.
Itu pun dilakukan oleh ayah delapan anak ini.
Karena pengorbanannya dan doa-doa yang dipanjatkannya, anak-anaknya pun sukses menjadi dokter dan diprofesinya masing-masing.
Setelah anaknya-anaknya sukses dan si ayah memasuki usia senja, dirinya dikirim ke panti jompo.
Delapan bulan di panti jompo pengelola panti kebingungan. Sebab selama itu pula keluarga pria usia 92 tahun itu belum membayar perawatn ke panti jompo tersebut.
Tentu panti jompo tersebut tidak bisa menagih ke pada si pria lansia yang ada di dalam perawatannya.
Lalu datanglah seorang jurnalis dari hker.life yang mendapat tugas untuk mewawancarai pihak pengelola panti jompo tersebut.
Baca Juga: Kasus Dokter Terawan Berpotensi Ditunggangi, Menjadi Liar, IDI: Beliau Masih Anggota IDI
Mengetahui keberadaan pria lansia tersebut, juranalis itu pun terheran-heran dengan kenyataannya yang dia temukan.
lalu dirinya menemui si pria malang usia 92 tahun tersebut.
Dalam diinginnya udara di Kabupaten Taipei, diriinya menemui pria tua itu yang saat ditemui tengah mengenakan topi wol dengan benang longgar di kepalanya, dan tubuhnya yang lemah meringkuk di dalam selimut.
Saat itu pria renta itu tidak menyadari dirinya sedang merekam.
Kedatangan jurnalis ke panti Jompo tersebut memang atas inisiatif pengelola panti.
Hal ini tidak lain untuk mengungkap keberadaan dimana kedelapan anak pria lansia usia 92 tahun tersebut yang diketahui profesinya sebagai dokter yang sukses.
Pusat perawatan memilih untuk mengambil inisiatif untuk memberitahu media karena berharap melalui kekuatan penyebaran berita, 8 anak orua tua itu dapat memiliki “hati nurani” dan dengan cepat menghubungi pusat perawatan untuk membayar biaya perawatan ayahnya.
Pria lansia tersebut adalah seorang Profesor di sebuah universitas terkemua, dan istrinya meninggal lebih awal.
Karenanya dirinya membesarkan ke delapan anaknya seorang diri hingga semuanya sukses menjadi dokter.
Baca Juga: Cara Cepat Bisa Hamil Berujung Diciduk Polisi, Perawat Ngaku-ngaku Bidan
Perjuangan pria lansir malang tersebut bisa dibilang hingga titik darah penghabisan.
Bagaimana tidak, setelah dirinya pensiun dari pekerjaannya pun masih membantu anak-anaknya.
Saat putra tertuanya ingin memulai bisnis, dirinya selalu mengirimkan uang pensiunnya kepada sang anak.
Melihat kakak tertua selalu mendapat jatah uang dari ayahnya, anak-anaknya yang kemudian menemukan alasan untuk meminta uang kepada ayahnya.
Tapi si laki-laki tersebut saat itu tetap iklhlas, dirinya memberikan semua hartanya kepada anak-anaknya.
Setelah kesehatannya memburuk, putra tertua kembali ke Taiwan untuk melihat dan memutuskan untuk mengirim ayah tua itu ke panti jompo.
Dalam beberapa tahun pertama, pusat perawatan masih menerima uang dari Amerika Serikat yang dirikim anak-anaknya.
Tapi setelah itu, meski pihak panti telah telpon, mereka tidak bisa menghubungi putra sulung si kakek lansia.
Berusaha menagih ke anak-anaknya yang lain, anak-anaknya yang lain tidak ada yang mau membayar, dan semuanya menunjuk ke kakak sulungnya.
Baca Juga: Satgas Penanganan Covid-19 Ingatkan Syarat Buka Bersama yang Disarankan
Ketika semua orang menerima telepon dari pusat perawatan, mereka memiliki alasan dan argumen yang berbeda, dan beberapa bahkan menjawab langsung: “Kakak tertua yang bertanggung jawab atas biaya hidupnya.”
Pengelola panti jompo berharap ke delapan anak-anak si pria lansia malang tersebut mau berinisiatif untuk menghubungi dan menanggapi melalui paparan media.
sampai-sampai pihak panti jompo membuat ultimatum, “Kami tidak bisa merawatnya secara gratis. Ini ultimatum kami. Jika anak-anaknya tidak membayar dalam waktu sebulan, orang tua itu akan pergi dari sini”.
Batas waktu ultimatum pun tiba. Ke delapan anaknya tidak ada yang datang.
Singkat cerita, pria tua usia 92 tahun itu pun meninggal dengan tenang di malam hari.
Tapi saat anak-anaknya diberitahu kepergian ayahnya untuk selamanya, “Saya tahu,” dan tidak mengatakan apa-apa untuk mengurus pemakaman orang tua itu.
Itulah cerita tragis seorang Profesor yang sukses membesarkan anak-anaknya hingga menjadi dokter yang sukses, bahkan ada yang diluar negeri, tapi dirinya disia-siakan anak-anaknya sendiri yang dia besarkan dan didik hingga sukses.(*)
Baca Juga: Alhamdulillah, Setelah Ini Covid-19 di Indonesia Mendekati Endemi
Source | : | hker.life |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar