“Kadang-kadang orang bingung, kok tidak batuk tapi didiagnosis (terkena) TBC. Penyakit ini memang bisa menginfeksi seluruh tubuh. Jadi, kita memang harus bisa mengenali gejala TBC dan jangan ragu untuk periksakan diri ke dokter,” kata dr Endang.
Menurut dr Endang, TBC memiliki beberapa gejala umum, seperti batuk berkepanjangan sampai 14 hari atau lebih, demam, nyeri dada, berkeringat pada malam hari, dan kehilangan nafsu makan.
Baca Juga: Salah Dosis dan Lupa Minum Obat Bisa Munculkan TBC Resisten, Bisa Menyebabkan Tuli dan Kebutaan
Apabila tidak segera ditangani, infeksi bakteri TBC dapat menimbulkan gejala yang lebih parah. Selain itu, pengobatan yang tidak teratur juga bisa menyebabkan bakteri TBC resisten terhadap obat sehingga lebih sulit untuk ditangani.
Senada dengan dr Endang, Ketua Rekat Peduli Indonesia Ani Herna Sari, S.IP, M.Med.Kom menyampaikan bahwa tak dapat dimungkiri, TBC masih menjadi penyakit yang dianggap remeh oleh masyarakat.
Sebagai informasi, Ani merupakan salah satu penyintas TBC Resisten Obat (TB RO). Pasien TB jenis ini memiliki kondisi di mana bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam tubuhnya kebal terhadap obat.
“Saya sempat shock karena baru tahu ternyata TBC itu banyak jenisnya. Untuk (jenis) TBC yang saya alami, pada 2011, jangka waktu pengobatannya dari 19 sampai 24 bulan, disertai suntik rutin minimal 6 bulan,” papar Ani.
Baca Juga: Cara Minum Obat TBC yang Benar, Terhindar dari Efek Samping dan Efektif Menyembuhkan
Selama pengobatan berjalan, Ani juga kerap mengalami beberapa efek samping, seperti mual, muntah, dan pusing. Namun, berkat pengobatan yang rutin, Ani berhasil dinyatakan sembuh pada 2013.
“Salah satu faktor penting agar pengobatan (TBC) bisa tuntas itu dukungan orang sekitar. Kalau dari awal tidak ada dukungan dari orang sekitar, biasanya pengobatan (pasien) bisa putus,” ujar Ani.
Hal itulah yang mendorong Ani untuk mendirikan organisasi bagi penyintas TB RO, Rekat Peduli Indonesia. Melalui organisasi ini, Ani beserta penyintas TB RO lainnya mengulurkan bantuan bagi pasien TB RO untuk pendampingan dan pengobatan.
“Efek samping pengobatan TB RO itu dari ringan sampai berat, tetapi terkadang ada pasien yang masih ragu dan malu-malu untuk konsultasi ke dokter. Untuk itu, kami menyediakan pendampingan konsultasi ke dokter agar mendapat penanganan tepat,” jelas Ani.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
Komentar