Baca Juga: Supaya Penyandang Diabetes Aman Mengonsumsi Buah Kurma, Ini Caranya
1. Jumlah kasus baru paling banyak 20 kasus per 100 ribu penduduk;
2. Jumlah pasien dirawat di rumah sakit sebanyak lima pasien per 100 ribu penduduk; dan
3. Jumlah kematian satu per 100 ribu penduduk selama enam bulan berturut-turut.
"Kalau kita memenuhi tiga kriteria ini sekaligus antara tiga sampai enam bulan berturut-turut, dari sisi kesehatan itu adalah indikator bahwa kita sudah bisa masuk endemi," ungkap Budi.
Hal tersebut dipaparkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/3/2022), menyampaikan juga prihal narasi endemi.
Tapi Hati-hati prihal narasi endemi ini.
Narasi endemi yang mengalir deras ke masyarakat, menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebabkan tingkat vaksinasi booster di Indonesia masih berada di angka 6,06 persen.
Angka ini jauh di bawah capaian rata-rata vaksinasi booster dunia 18,55 persen.
Padahal, vaksinasi booster menjadi syarat utama bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik tahun ini.
Baca Juga: Healthy Move, Jenis dan Waktu Terbaik Melakukan Olahraga di Bulan Puasa
Menurut Dicky, hal pertama yang membuat masyarakat enggan melakukan vaksinasi booster karena pemerintah sudah gembar-gembor mengatakan status pandemi akan turun ke level endemi.
"Faktor euforia, optimisme berlebihan dari pemerintah yang menarasikan ini sudah terkendali dan masuk endemi. Sehingga semangat atau persepsi risiko, kewaspadaan yang terbangun di masyarakat ini menurun, sulit dibangun lagi," ujar Dicky, dilansir dari Tempo.co (25/3/2022).
Penyebab lainnya menurut Dicky mengatakan penyebab masyarakat enggan melakukan vaksinasi booster karena pada vaksinasi dosis pertama dan kedua, mereka mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI yang tidak menyenangkan.
Dengan minimnya literasi soal KIPI tersebut, masyarakat takut untuk melanjutkan ke vaksinasi dosis ketiga.
Pilih-pilih merek dan jenis vaksin booster Covid-19 pun menjadi penyebab rendahnya cakupan vaksinasi booster Covid-19 saat ini.
Banyak masyarakat yang ingin divaksin dengan jenis vaksin yang homogen atau sejenis.
Sementara pada vaksinasi booster, rata-rata masyarakat mendapatkan jenis vaksin yang berbeda dibanding vaksinasi pertama dan kedua.
Belum lagi banyak juga masyarakat yang sudah vaksinasi dosis dua tapi belum menerima sertifikast vaksin tersebut di PeduliLindungi. Sehingga dirinya tidak bisa mendapatkan vaksin booster Covid-19.
"Jadi pemerintah harus lebih ekspansif dan proaktif (melakukan vaksinasi dosis ketiga), dibandingkan saat dosis vaksin satu dan dua," kata Dicky.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar