1. Kerusakan pada otot jantung (miiokarditis)
2. Kerusakan saraf (neuropati)
3. Kehilangan kemampuan untuk bergerak (paralisis atau lumpuh)
4. Gagal ginjal
Pada beberapa orang infeksi difteri bisa menyebabkan kematian. Bahkan sekitar 1 dari 10 pasien dengan difteri pernapasan harus kehilangan nyawanya. Tanpa adanya pengobatan, setengah dari pasien difteri bisa meninggal dunia.
Terdapat dua pengobatan utama dalam perawatan difteri, yakni pemberian difteri antitoksin yang bertujuan menetralkan toksin yang tidak terikan dalam darah.
Ada juga perawatan antibiotik yang dilakukan untuk membatasi pelepasan toksin ke dalam sistem dan mempercepat proses pemulihan.
Baca Juga: Persiapan Sekolah dalam Pembelajaran Tatap Muka, Ceklis yang Harus Dipatuhi
Namun, lebih baik mencegah daripada mengobati dan tidak mempertaruhkan nyawa anak karena penyakit ini. Satu-satunya cara untuk mencegah difteri adaalah dengan melakukan imunisasi.
Melansir laman idai.or.id, pemberian vaksin DTaP kepada anak-anak bisa dilakukan ketika usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan.
Kemudian, booster pertama akan diberikan saat anak berumur 18 bulan dan dosis penguat berikutnya diberikan ketika anak berumur 5-7 tahun (kelas 1 Sekolah Dasar).
Ketika anak sudah berusia 7 tahun atau lebih, jenis vaksin yang digunakan dalam imunisasi adalah Td atau Tdap.
Source | : | idai.or.id,promkes.kemkes.go.id,NCBI |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar