4. Dehidrasi dan trombosis
Penderita diabetes memiliki risiko dehidrasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang sehat. Tentunya, kondisi ini sangat sulit dikendalikan saat ibadah puasa Ramadhn. Belum lagi cuaca panas Indonesia yang memperburuk situasi ini.
Dehidrasi juga bisa menghasilkan darah yang lebih kental dan lengket, dan memicu penyumbatan pembuluh darah (trombosis).
Menurut World Diabetes Foundation (WDF), sebaiknya penyandang diabetes segera batalkan puasa saat:
A. Kadar gula darah jatuh di bawah 70 mg /dl. Jika kondisi ini terjadi, cek kembali satu jam kemudian apakah gula darah ada pada kisaran 70 – 90 mg / dl. Jika tetap, maka puasa harus dibatalkan.
Baca Juga: Mari Berlomba Jadi Kaya, Penelitian Menyebutkan Orang Kaya Lebih Panjang Umur!
Baca Juga: Menyandang Diabetes Bisa Berisiko Timbulnya 3 Gangguan Penglihatan Ini
B. Kadar gula darah lebih tinggi dari 300 mg /dl dan adanya gejala hipo/hiperglikemia dan dehidrasi (sering kencing dan merasa haus terus).
Maka itu, bagi penyandang diabetes, disarankan mengunjungi dokter terlebih dahulu kalau memang ingin menjalankan puasa Ramadan.
Apalagi penyandang diabetes tetap tidak dianjurkan untuk menghentikan terapi insulin atau medikasi obat saat puasa Ramadan.
Ini jelas memerlukan saran dari dokter untuk mengatur jadwal penggunaan, dosis, dan tipe obat diabetes khusus untuk ibadah tersebut. (*)
Baca Juga: Mengenal Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY), Diabetes Langka dan Menurun di Dalam Keluarga
Source | : | Al Jazeera,American Diabetes Association,Diabetes UK |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar