GridHEALTH.id - Laporan tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018 menempatkan penyakit diabetes sebagai salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan jumlah ini terus meningkat setiap tahun.
Di saat puasa Ramadan, banyak penyandang diabetes yang ikut puasa, meskipun umumnya dokter tidak menyarankan berpuasa karena risiko gula darah terlalu rendah (hipoglikemia).
Mengonsumsi makanan banyak dalam waktu pendek saat sahur dan berbuka juga bisa memicu kadar gula yang terlalu tinggi (hiperglikemia).
Lantas, bagaimana penderita diabetes menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan? Memeriksa gula darah secara rutin saat bulan suci adalah cara mudah untuk menghindari komplikasi, terutama bagi pengguna insulin. Disarankan pengecekan gula darah dilakukan saat:
1. Sebelum Sahur
2. Pagi jam 09:00 – 11:00
3. Siang Jam 12:00
4. Sore Jam 14:00 – 15:00
5. Sebelum buka puasa
Baca Juga: Hindari 7 Kesalahan Ini Saat Cek Kadar Gula Dengan Alat Cek Gula Darah
Baca Juga: Teknik Baru Deteksi Kanker Kulit Melanoma, Ini Gejala yang Diwaspadai
6. Setelah buka puasa
7. Kapan saja saat merasakan gejala hipo/hiperglikemia
Berikut nilai gula darah puasa menurut WHO dan American Diabetes Association (ADA).
Normal: 80-100 mg/dl
Pre-diabetes: 101-125 mg/dl
Diabetes: 126+ mg/dl
Kadar gula darah normal bisa naik turun tergantung dengan banyak faktor, seperti jenis makanan yang dikonsumsi atau aktivitas yang dilakukan di hari itu.
Penting untuk diketahui bahwa setiap orang berbeda. Angka berikut hanya berupa estimasi kisaran yang dapat digunakan sebagai panduan.
Sama halnya dengan penyakit diabetes yang tidak dijaga, puasa Ramadan dapat memicu masalah yang serius.
Baca Juga: Obat Pengurang Tumor Tunjukkan Harapan Besar Pada Pasien Kanker Payudara
Baca Juga: Sekitar 99% Kematian Covid-19 Terjadi Pada Orang yang Tidak Divaksin, WHO
Gula darah yang berlebihan dapat merusak pembuluh darah sehingga darah sulit mengalir dengan lancar. Hal ini dapat menyebabkan mata buta atau bahkan perlunya amputasi.
Berikut ini risiko puasa Ramadan bagi penderita diabetes yang umumnya terjadi:
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi gula darah yang turun drastis dan lebih rendah dari normal (dibawah 70 mg/dl). Kondisi ini diperburuk dengan penggunaan insulin atau obat diabetes, terutama saat puasa.
Beberapa gejala hipoglikemia seperti: keringat dingin, gemetar atau tremor, lelah, keringat dingin, denyut jantung cepat, lapar, sulit fokus, dan sakit kepala.
2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi gula darah yang melonjak naik dan lebih tinggi dari normal (diatas 200 mg / dl), dan bisa memicu diabetes ketoasidosis pada penderita diabetes tipe 1.
Beberapa gejala hiperglikemia seperti: rasa haus berlebihan, lapar, sering urinasi, lesu, sulit fokus, perut sakit, mual, dan muntah.
3. Diabetes ketoasidosis
Baca Juga: World Alzheimer Day, Diagnosis Dini Membantu Penderita Menjaga Memorinya Lebih Baik
Baca Juga: Mengobati Cacar Air, Penyakit Infeksi yang Sangat Menular Akibat Virus
Ketika tubuh tidak menerima glukosa yang cukup, kadar gula akan meningkat dan tubuh mulai memecah lemak sebagai energi.
Proses ini menghasilkan keton (asam beracun) pada darah. Jika tidak dirawat, kondisi ini sangat berbahaya dan bisa mengancam nyawa.
Penderita diabetes tipe 1 yang menjalani ibadah puasa saat Ramadan lebih rentan terserang ketoasidosis diabetik.
Beberapa gejala diabetes ketoasidosis seperti rasa haus berlebihan, mual, muntah, sulit bernapas, sering urinasi, sakit perut, lesu, bau mulut yang manis seperti buah-buahan, dan penglihatan kabur.
4. Dehidrasi dan trombosis
Penderita diabetes memiliki risiko dehidrasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang sehat. Tentunya, kondisi ini sangat sulit dikendalikan saat ibadah puasa Ramadhn. Belum lagi cuaca panas Indonesia yang memperburuk situasi ini.
Dehidrasi juga bisa menghasilkan darah yang lebih kental dan lengket, dan memicu penyumbatan pembuluh darah (trombosis).
Menurut World Diabetes Foundation (WDF), sebaiknya penyandang diabetes segera batalkan puasa saat:
A. Kadar gula darah jatuh di bawah 70 mg /dl. Jika kondisi ini terjadi, cek kembali satu jam kemudian apakah gula darah ada pada kisaran 70 – 90 mg / dl. Jika tetap, maka puasa harus dibatalkan.
Baca Juga: Mari Berlomba Jadi Kaya, Penelitian Menyebutkan Orang Kaya Lebih Panjang Umur!
Baca Juga: Menyandang Diabetes Bisa Berisiko Timbulnya 3 Gangguan Penglihatan Ini
B. Kadar gula darah lebih tinggi dari 300 mg /dl dan adanya gejala hipo/hiperglikemia dan dehidrasi (sering kencing dan merasa haus terus).
Maka itu, bagi penyandang diabetes, disarankan mengunjungi dokter terlebih dahulu kalau memang ingin menjalankan puasa Ramadan.
Apalagi penyandang diabetes tetap tidak dianjurkan untuk menghentikan terapi insulin atau medikasi obat saat puasa Ramadan.
Ini jelas memerlukan saran dari dokter untuk mengatur jadwal penggunaan, dosis, dan tipe obat diabetes khusus untuk ibadah tersebut. (*)
Baca Juga: Mengenal Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY), Diabetes Langka dan Menurun di Dalam Keluarga
Source | : | Al Jazeera,American Diabetes Association,Diabetes UK |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar