"Kalau adenovirus dari alam tidak perlu dikhawatirkan, apalagi virusnya DNA, pola mutasinya sangat rendah," kata Nidom.
Bahkan Nidom pun menyampaikan jika adenovirus alami tersebar pada banyak inang; manusia, hewan dan biota lainnya.
"Persis dengan coronavirus, cuma beda struktur tubuhnya," kata pendiri Laboratorium Profesor Nidom Foundation itu lagi.
Lain halnya jika virus hasil rekayasa atau bagian dari vaksin molekuler untuk Covid-19.
Karenanya, "Agar tidak menjadi isu liar, pemerintah segera mengumumkan penyebabnya secara transparan..," pungkasnya.
Baca Juga: Konsumsi 5 Makanan Ini, Berat Badan Bisa Tetap Ideal Pasca Lebaran
Nidom berpendapat, pemerintah baiknya tidak menunggu update dari luar negeri, tapi harus berinisiatif dalam investigasi temuan dugaan kasus hepatitis akut misterius ini.
Pasalnya fasilitas di Tanah Air sudah sangat memadai.
Pemdapat yang agak berbeda diuangkapkan oleh pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
Menurutnya kasus Hepatitis akut pada anak ini sebetulnya telah terdeteksi sejak awal tahun ini.
"Bahwa di antara sekian hipotesa dan diagnosis yang berbeda dari pada dokter, dan juga tim epdimologi salah satunya memang mengarah pada Covid-19," ungkapnya, dilansir dari Tribunnews (4/5/2022).
Bisa dibilang ada dugaan varian baru yang lebih dia belum terdeteksi. Karena secara umum Covid-19 saat ini memang menyerang hampir semua organ, termasuk lever.
"Bahwa ada gangguan di otak, jantung, paru jelas. Itu sudah jelas. Sekarang yang memberikan pesan kuat khususnya pada anak adalah adanya gangguan di lever," kata Dicky menambahkan.
Pertanyaannya, kenapa pada anak?
Dicky menyebutkan jika hal ini dikarenakan anak terhitung telat mendapatkan vaksin Covid-19.
Ingat, program vaksin pada anak baru didapatkan belakangan ini. Dan itu pun di atas usia 6 tahun.
"Itu pun masih belum banyak yang mendapat dua dosis. Apa lagi bicara booster. Nah ketika hadir satu varian yang lebih cepat menginfeksi seperi Omicron dan turunannya, mereka menjadi korban," tegasnya.
Ingat, lanjutnya, "Long covid-19 itu juga di antara lain ada di aspek hepatitis. Nah apa lagi untuk Hepatitis menjadi prevalensi paling banyak pada anak di bawah umur lima tahun," paparnya lagi.
Karena itu, besar kemungkinan penyakit ini sudah ada di Indonesia. Dan kelemahanan di tanah air adalah dari aspek deteksi dini.
Sedangkan menurut Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, juga eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, baiknya kita semua menunggu pengumuman lanjutan dari Kementerian Kesahatan.
Selama masa investigasi tersebut, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan tetap tenang.
Tindakan pencegahan yang diimbau dilakukan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan.(*)
Baca Juga: Masakan Bersantan Jangan Dipanaskan Berulangkali, Ini Bahayanya
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar