Dari semua partisipan, 16 orang di antaranya ketika dirawat memerlukan penggunaan mesin ventilator.
Tes fungsi kognitif dilakukan melalui platform Cognitron, yang dikembangkan oleh para peneliti di Imperial College London.
Mereka membandingkan hasil tes dari 460 orang yang bergabung dalam tantangan BBC dan para penyintas Covid-19.
Sepuluh orang dicocokkan untuk setiap pasien sesuai dengan karakteristik seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa pertama.
Hasilnya menunjukkan, oeang-orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 mengalami gangguan kognitif, termasuk kecepatan dalam memproses sesuatu.
"Hal yang paling mereka perjuangkan adalah penalaran herbal," kata Menon.
Para penyintas Covid-19 juga kesulitan untuk mengikat tali sepatu dan menentukan kancing yang dipakai.
Baca Juga: Dampak Covid-19 Berpotensi Sebabkan Penuaan Dini, Ini Alasannya
Studi tersebut menunjukkan bahwa sementara gangguan kognitif berbeda, besarnya perubahan rata-rata setara dengan penurunan kognitif yang terjadi pada orang berusia 50 hingga 70 tahun.
Tidak ada perbedaan antara penyitas yang dites selama enam bulan setelah masuk rumah sakit dan pasien yang diuni pada 10 bulan setelahnya.
Menon menambahkan bahwa menyelidiki penurunan kognitif pada pasien Covid-19 mungkin tidak hanya membantu mereka yang mengalami masalah serupa setelah penyakit lain.
"Uji coba yang dapat kami lakukan akan memungkinkan kami untuk memahami mekanisme yang mendasarinya dan menghasilkan perawatan yang efektif untuk mencegahnya terjadi, serta mungkin mengobatinya nanti," pungkas David Menon.(*)
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar