1. Obesitas
Baca Juga: Healthy Move, Tak Perlu Lompat, Latihan Kardio Ini Bisa Tetap Membakar Kalori
2. Merokok
3. Diabetes
4. Hipertensi
5. Kolesterol tinggi
6. Riwayat keluarga
* Henti jantung
Faktor risiko henti jantung diantaranya:
1. Orang yang mengalami serangan jantung berisiko mengalami henti jantung.
2. Memiliki penyakit jantung bawaan.
Baca Juga: Setelah Jalani Cuci Otak Terawan, Tukul Arwana Bakal Disuntik Vaksin Nusantara
3. Mengalami trauma seperti kecelakaan, tersetrum, aktivitas fisik berlebihan, overdosis akibat obat-obatan, hingga, tenggelam.
Penanganan henti jantung dan serangan jantung
Henti jantung dan serangan jantung merupakan masalah pada jantung yang memerlukan penanganan segera.
Tetapi penanganan keduanya berbeda. Jika terjadi henti jantung, lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Namun, serangan jantung memerlukan kateterisasi atau operasi bypass koroner untuk mengatasi penyumbatan dan memulihkan aliran darah.
Kemudian, dokter juga mungkin akan memberikan obat seperti aspirin, pengencer darah, hingga beta-blocker.
Mengenai henti jantung dan serangan jantung, walau berbeda keduanya saling terkait.
Henti jantung dapat terjadi setelah serangan jantung, atau selama pemulihan. Ini berarti, serangan jantung meningkatkan risiko henti jantung.
Namun, sebagian besar serangan jantung tidak menyebabkan henti jantung. Tetapi ketika henti jantung tiba-tiba terjadi, serangan jantung adalah penyebab umum.
Kondisi jantung lainnya juga dapat mengganggu ritme jantung dan menyebabkan serangan jantung mendadak, termasuk otot jantung yang menebal (kardiomiopati), gagal jantung, aritmia, terutama fibrilasi ventrikel.
Segera hubungi layanan gawat darurat saat terkena henti jantung atau serangan jantung
Sambil menunggu layanan medis datang, lakukan CPR pada pasien henti jantung.(*)
Baca Juga: Pengakuan Bill Gates Saat Positif Covid-19: 'Beruntung Sudah Vaksin Booster'
Source | : | Mitrakelyarga-hentijatungseranganjantung |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar