GridHEALTH.id - Hubungan suami istri alias seks, selayaknya rutin dilakukan oleh pasangan suami istri.
Tapi hati-hati melakukannya jangan hanya sebatas rutinitas semata. Tapi lakukan dengan penuh hasrat dan gairah.
Melansir dari dari thehealthwareness.com, frekuensi berhubungan intim yang rendah bisa berdampak pada beberapa hal lainnya.
1. Sering sakit-sakitan
Apabila tidak pernah berhubungan seks dengan suami, secara otomatis sistem imun dalam tubuh akan menurun.
Hal ini pun akan membuat daya tahan tubuh berkurang dan rentan terkena penyakit.
2. Stres meningkat
Karena lama tidak berhubungan seks, maka hormon rasa senang akan jarang keluar. Hal ini akan memicu terjadinya stres.
Melakukan hubungan intim secara rutin akan mengurangi hormone penyebab stres dan membuat tubuh menjadi lebih rileks.
Baca Juga: Pasca Lebaran, PPKM Diperpanjang Serentak di Seluruh Wilayah Indonesia
3. Sulit terangsang
Hal lain yang akan terjadi saat perempuan jarang berhubungan intim adalah akan sulit untuk terangsang karena kehilangan nafsu berhubungan seks.
Ngerinya lagi, hormon seks yang perempuan bisa lenyap secara perlahan. Apalagi jika pasangan tinggal berjauhan.
Ketika pasangan suami istri jarang bersentuhan dan tidur bersama, secara otomatis hal ini membuat hubungan dengan pasangan semakin jauh.
4. Membuat depresi
Kurang dalam berhubungan intim dapat membuat wanita menjadi depresi dan mengalami kesedihan berkepanjangan.
Penelitian telah menunjukan bahwa berhubungan seks secara teratur mampu melawan depresi.
Sayangnya di zaman modern ini tidak sedikit pasangan, juga perempuan yang menyepelekan hubungan seks.
Walhasil sudah menikah tapi perempuan jarang melakukan hubungan seks.
Baca Juga: 13 Ciri Perempuan yang Paling Berisiko Mengalami Penyakit Batu Empedu
Jika itu sampai terjadi, justru kerugian akan banyak dialami perempuan.
Selaim kerugikan di atas perempuan pun bisa mengalami hal yang tak diduga ini.
Melansir dari thesun.co.uk, jarang berhubungan seks ternyata membuat perempuan berisiko menderita atrofi vagina.
Atrofi vagina adalah kondisi yang menyebabkan dinding vagina menjadi tipis dan kering.
Gejala umumnya keluar cairan, terasa gatal, panas, kesulitan buang air kecil dan sakit ketika berhubungan seksual.
Penyakit ini biasanya dialami oleh perempuan yang hendak atau sudah menopause karena tubuh memproduksi lebih sedikit estrogen.
Selain itu, penyakit ini juga bisa terjadi pada perempuan yang pernah menjalani perawatan kanker, khususnya perawatan hormon untuk kanker payudara.
Seorang ahli terapi seks di London, Dr Louise Mazanti juga mengatakan frekuensi berhubungan intim juga berperan terkait penyakit atrofi vagina.
Berhubungan seks membuat aliran darah pada organ intim lmeningkat dan jaringan menjadi elastis.
Baca Juga: 5 Cara Penularan Zoonosis, Penyakit yang Menular dari Hewan ke Manusia
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar