Demikian yang dikatakan ahli epidemiologi dan paru Simon Spivack dari Albert Einstein College of Medicine.
Penurunan mutasi ini menurut peneliti karena orang-orang tersebut memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok.
"Sel paru-paru ini bertahan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, dan dengan demikian dapat mengakumulasi mutasi dengan usia dan merokok."
"Dari semua jenis sel paru-paru, ini adalah yang paling mungkin menjadi kanker," jelas Spivack.
Apakah mutasi sel berkembang menjadi tumor atau tidak itu tergantung pada seberapa baik tubuh dapat memperbaiki DNA atau mengurangi kerusakan DNA.
Sementara gen yang berkaitan dengan perbaikan DNA itu dapat diwariskan atau diperoleh.
Temuan ini pun dapat membantu menjelaskan mengapa 80 hingga 90 % perokok seumur hidup tak pernah mengembangkan kanker paru-paru.
Baca Juga: Ternyata Bukan Nikotin Zat Bernahaya pada Rokok, Karenanya Tembakau Ini Aman
Ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa orang yang tak pernah merokok sama sekali justru terkena kanker.
"Kami sekarang ingin mengembangkan tes baru yang dapat mengukur kapasitas seseorang untuk perbaikan DNA atau detoksifikasi yang dapat menawarkan cara baru untuk menilai risiko seseorang terkena kanker paru-paru," ungkap ahli genetika Jan Vijg.
Meski begitu gen bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi risiko kanker seseorang.
Faktor lingkungan seperti diet juga dapat memengaruhi nutrisi dalam tubuh yang berdampak pada perkembangan tumor.(*)
Baca Juga: Tidak Semua Perokok Mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Source | : | Sciencealert |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar