GridHEALTH.id - Menteri Sosial, Tri Rismaharini mengatakan, persoalan ekonomi menjadi salah satu pemicu kejadian masyarakat lanjut usia (lansia) ditelantarkan oleh keluarga.
"Banyak lansia dibuang oleh anaknya karena dianggap merepotkan. Ini karena pengaruh ekonomi," katanya saat menyampaikan pidato dalam Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2022 di RS Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya, Minggu (29/05/2022).
Dia mengisahkan pertemuannya dengan sejumlah kaum lanjut usia yang ditelantarkan keluarga akibat kendala ekonomi. Ternyata lansia yang dibuang dari mobil anaknya itu mengidap struk.
Risma lantas melibatkan peran medis untuk merawat lansia tersebut hingga pulih dan kembali mengingat alamat tempat tinggalnya.
"Saat sembuh dia bisa ingat alamatnya. Saya kirim (pulang) dia tidak mau," ujarnya.
Pada kesempatan lain, dia bertemu lansia yang datang menghampirinya dengan kondisi penyakit asma. Kepadanya, lansia tersebut meminta untuk disuntik mati karena merasa tidak ada keluarga yang bersedia merawat di rumah.
"Saya ambil oksigen dan dia cerita, minta disuntik mati karena tidak ada yang rawat. Dia hidup sendiri," ungkapnya.
Risma pun meminta bidan pendamping untuk merawat lansia tersebut dan melakukan pengecekan rutin kesehatan setiap hari.
Dia mengatakan momentum HLUN 2022 menjadi ajang pengingat kepada masyarakat untuk konsisten mendampingi lansia.
Baca Juga: Healthy Move, Ini Dia 5 Latihan Peregangan Mudah Untuk Lansia
"Saat kita bayi, kita tidak bisa apa-apa. Mereka rawat kita dengan suka cita, tanpa beban, meski ekonomi sulit," terangnya seperti dilansir dari Antara.
Risma mengatakan perilaku menelantarkan orang tua dilarang secara agama maupun undang-undang di Indonesia.
"Kita harus gugah, suatu saat kita akan alami hal sama menjadi tua, tidak kuat dan tidak berdaya. Siapapun dia yang gagah perkasa, mereka akan rasakan itu kalau diberikan umur panjang," tutupnya.
Sebuah studi juga mengungkap, orang-orang yang merawat anggota keluarga dengan demensia biasanya sering menyalahgunakan otoritas mereka dengan perilaku seperti mengumpat dan berteriak.
"Studi ini menunjukkan perilaku kasar sangat umum dan bukan sesuatu yang sering ditanyakan oleh dokter dan karena itu ditemukan," Claudia Cooper, seorang peneliti di University College London, yang memimpin penelitian, dikutip The Guardian (19/07/2021).
Baca Juga: Usia atau Gen? Penuaan Jadi Faktor Dominan Dalam Penyakit, Studi
Baca Juga: Mengapa Diabetes Tipe 2 Menyebabkan Kaki Mati Rasa? Ini Alasannya
Sepertiga dari pengasuh keluarga mengatakan pelecehan utamanya secara verbal, mereka terhadap orang yang mereka jaga adalah signifikan, termasuk sering menghina atau mengumpat, dan setengahnya mengatakan mereka kadang-kadang berteriak atau membentak orang tersebut.
Para peneliti, yang menemukan beberapa kasus kekerasan fisik, mengatakan penelitian mereka, yang diterbitkan dalam British Medical Journal, menyoroti perlunya pemerintah dan pejabat kesehatan untuk memperluas upaya yang ditujukan untuk mengatasi pelecehan kepada orang tua (lansia).
"Ini adalah bukti terkuat sejauh ini tentang prevalensi perilaku kasar dari pengasuh keluarga penderita demensia. Kebanyakan dilakukan anak-anaknya atau pasangannya," kata Cooper.
Diperkirakan 24 juta orang di seluruh dunia mengalami kehilangan ingatan, masalah dengan orientasi dan gejala lain yang menandakan Alzheimer dan bentuk lain dari demensia, jumlah yang beberapa peneliti percaya akan empat kali lipat pada tahun 2040. (*)
Baca Juga: Home Lift Daya Listrik Rendah Kini Tersedia, Bisa Membantu Lansia
Baca Juga: Ini Dia, 5 Jenis Buah yang Dapat Membantu Menurunkan Berat Badan
Source | : | merdeka.com,The Health Site |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar