ketahuilah, riset dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan bahwa PJK merupakan penyebab 80% gangguan irama jantung dan dapat berakhir dengan kematian mendadak.
Penyitas Aritmia Waspada Saat Olahraga
Bagi penyintas aritmia perlu extra waspada saat olahraga.
Menurut dr. Rerdin Julario, SpJP(K), Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia dan Intervensi, sering kali mendapati kasus kematian seseorang saat tengah olahraga atau saat bertanding akibat aritmia.
" Aritmia biasanya muncul saat olahraga, stress atau setelah terpapar kafein, nikotin dan obat-obatan tertentu. Aritmia juga dipengaruhi oleh faktor risiko lain seperti memiliki penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, hipo/hipertiroid, penyakit jantung bawaan, dan faktor genetik," jelas dokter dari dari Mayapada Hospital Surabaya.
Selain itu, aritmia juga meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke 4 – 5 kali lebih besar dibanding yang tidak mengalami aritmia.
Data CDC tahun 2017 menyebutkan bahwa aritmia menyebabkan stroke iskemik sebesar 15 persen – 20 persen.
Baca Juga: Stroberi Jadi Biang Keladi Hepatitis A Merebak di AS dan Kanada
"Untuk mendiagnosa aritmia, dokter akan mengevaluasi gejala dan riwayat medis pasien melalui pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti Elektrokardiografi (EKG), Treadmill Test, Holter Monitor, dan Electrophysiology Study (EP Study)," jelasnya, dilansir dari Merdeka.com (1/06/2022), yang mengutip dari Antara (31/05/2022).
"Electrophysiology Study adalah golden standard untuk mendiagnosa aritmia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipetakan aktifitas listrik jantung sehingga titik penyebab gangguan kelistrikan jantung dapat diketahui. Berdasarkan hasil EP Study dapat ditentukan jenis aritmia dan terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan irama jantung normal," tambah dr. Rerdin.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar