GridHEALTH.id - Hubungan antara olahraga dan tidur telah diselidiki secara ekstensif selama bertahun-tahun.
Studi sebelumnya telah mencatat bahwa olahraga yang tepat dapat meringankan masalah yang berhubungan dengan tidur dan membantu kita mendapatkan jumlah istirahat yang cukup.
Penelitian terbaru juga menunjukkan tidur yang tidak cukup atau berkualitas buruk dapat menyebabkan tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah pada hari berikutnya.
Untuk alasan ini, para ahli saat ini percaya tidur dan olahraga memiliki hubungan dua arah. Dengan kata lain, mengoptimalkan rutinitas olahraga kita berpotensi membantu kita tidur lebih nyenyak dan mendapatkan jumlah tidur yang cukup dapat meningkatkan tingkat aktivitas fisik yang lebih sehat di siang hari.
Ada banyak manfaat dengan berolahraga secara teratur. Ini termasuk risiko penyakit yang lebih rendah seperti kanker dan diabetes, peningkatan fungsi fisik, dan kualitas hidup yang lebih tinggi.
Berolahraga juga dapat menguntungkan kelompok tertentu. Misalnya, wanita hamil yang melakukan aktivitas fisik rutin cenderung tidak mengalami kenaikan berat badan yang berlebihan atau mengalami depresi pascapersalinan, dan orang lanjut usia yang berolahraga memiliki risiko cedera yang lebih rendah saat jatuh.
Berolahraga juga meningkatkan kualitas tidur bagi banyak orang. Secara khusus, olahraga sedang hingga berat dapat meningkatkan kualitas tidur untuk orang dewasa dengan mengurangi onset tidur.
Atau waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, dan mengurangi jumlah waktu mereka berbaring di tempat tidur pada malam hari.
Selain itu, aktivitas fisik dapat membantu mengurangi kantuk di siang hari dan, bagi sebagian orang, mengurangi kebutuhan akan obat tidur.
Baca Juga: 10 Cara Tidur yang Dapat Membantu Kita Menurunkan Berat Badan
Baca Juga: 5 Pengobatan Rumahan Ini Jadi Solusi Alami Atasi Hidung Tersumbat
Olahraga juga dapat meningkatkan kualitas tidur secara tidak langsung. Misalnya, aktivitas fisik sedang hingga berat dapat mengurangi risiko kenaikan berat badan yang berlebihan, yang pada gilirannya membuat orang tersebut cenderung tidak mengalami gejala apnea tidur obstruktif (OSA/obstructive sleep apnea ). Sekitar 60% dari kasus OSA sedang sampai berat telah dikaitkan dengan obesitas.
Sejumlah survei telah mengeksplorasi kebiasaan tidur dan olahraga di kalangan orang dewasa. Ini termasuk jajak pendapat Sleep in America 2003 National Sleep Foundation, yang mensurvei orang dewasa berusia antara 55 dan 84 tahun.
Di antara responden survei itu, sekitar 52% mengatakan mereka berolahraga tiga kali atau lebih per minggu dan 24% mengatakan mereka berolahraga kurang dari sekali seminggu.
Responden dalam kelompok terakhir lebih cenderung tidur kurang dari enam jam per malam, mengalami kualitas tidur yang baik atau buruk, kesulitan untuk jatuh dan tetap tertidur, dan menerima diagnosis gangguan tidur seperti insomnia, sleep apnea, atau sindrom kaki gelisah (restless legs syndrome).
Jajak pendapat Sleep in America 2013, yang mensurvei orang dewasa berusia antara 23 dan 60 tahun dan berfokus pada "Olahraga dan Tidur," menghasilkan hasil yang serupa.
Sekitar 76-83% responden yang melakukan olahraga ringan, sedang, atau berat melaporkan kualitas tidur yang sangat baik atau cukup baik.
Source | : | WebMD,Sleep Foundation,GridHEALTH.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar